Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (5): Jolotundo di Barat, Belahan di Timur
Situs Petirtaan Belahan di sisi timur Gunung Penanggungan. Banyak anggapan bahwa situs itu dibangun era Airlangga, bahkan sebelumnya. Tapi bentuk situs menyanggah pendapat itu. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-
HARIAN DISWAY - Di kawasan lereng Gunung Penanggungan, situs petirtaan tak hanya Jolotundo. Di sebelah timur terdapat situs petirtaan Belahan. Masyarakat, juga beberapa arkeolog percaya bahwa situs tersebut dibangun pada masa Airlangga. Tapi bentuk situs menyanggah itu.
Lokasinya cukup jauh dari Petirtaan Jolotundo. Mengambil jalan memutar, melalui kawasan Ngoro, Mojokerto. Konon keberadaan situs Belahan dan Jolotundo terhubung dalam satu tarikan garis lurus. Jolotundo di barat, Belahan di Timur.
BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan di Lereng Penanggungan (3): Gempeng bukan Hati Hancur
Menuju ke Belahan harus melewati desa-desa yang banyak dijadikan areal pertambangan. Truk-truk pengangkut batu-batu besar hilir-mudik. Lewat pula di kawasan wisata Ranu Kumbolo. wisata yang pernah viral karena keindahannya.
Keindahan yang terbentuk dari bekas aktivitas pertambangan. Sepanjang jalan pemandangan yang tampak adalah tebing-tebing tergerus. Di sela-selanya tumbuh rerumputan. Tapi semakin ke atas, pohonan semakin rapat. Sawah-sawah terasering warga banyak terlihat.
Beberapa tikungan yang cukup tajam harus dilalui. Aksesnya relatif lebih sulit daripada ke Jolotundo. Kendaraan harus dipastikan benar-benar prima. Tapi kondisi jalannya sudah cukup bagus. Beraspal mulus.
Air yang memancar dari arca jaladwara di situs Petirtaan Belahan. Terdapat dua arca yang dianggap penjelmaan Dewi Sri dan Dewi Laksmi. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-
Posisi Belahan memang terdapat di sisi timur. Di Desa Wonosunyo, Pasuruan. Di balik bukit yang bila disusuri sampai ke barat, akan sampai di Jolotundo. Di depan petirtaan itu dibangun kolam renang. Beberapa anak dan pengunjung tampak sedang berenang.
"Sumber air dari kolam renang itu berasal dari Petirtaan Belahan. Jadi dibangun agar situs itu tidak digunakan banyak orang untuk berendam. Kecuali jika ingin ritual," ujar Astono, Koordinator Juru Pelihara Belahan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Pasuruan.
Ia merawat situs tersebut bersama Pokdarwis Desa Wonosunyo. Ia menuturkan, kualitas air di Petirtaan Belahan sama bagusnya dengan di Jolotundo. Bahkan konon kabarnya terbaik di dunia.
Maka seperti halnya di Jolotundo, di Belahan, pengunjung banyak membawa galon-galon atau botol-botol dari kemasan plastik. Mereka mengambil air dari petirtaan untuk dikonsumsi di rumah, atau dibuat mandi. Karena khasiatnya dipercaya dapat membuat awet muda.
Di tengah-tengah arca terdapat bidang datar seperti meja. Tak ada arca di situ. Hanya wadah berisi dupa-dupa dan beberapa bunga untuk pengharum. Biasanya para pelaku ritual bersembahyang di meja tersebut.
Di halaman situs terdapat papan besar bertuliskan keterangan. Bahwa Belahan, menurut arkeolog GP Roufaer dibangun sebagai pendharmaan Airlangga. Maka kedua arca jaladwara atau pancuran air berfigur perempuan itu dianggap sebagai sosok Dewi Laksmi dan Dewi Sri.
Kedua dewi tersebut merupakan cakti atau istri Dewa Wisnu, sebagai perwujudan Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. Pendapat itu didukung oleh arkeolog NJ Krom dan WF Stutterheim. Namun, pendapat lain diungkapkan oleh TH Resink. Menurutnya, Belahan bukan dibangun pada era Airlangga.
Situs tersebut dibangun pada era Pu Sindok, leluhur Airlangga, yang memindahkan pusat Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ia mendasarkan pendapatnya melalui Prasasti Cunggrang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: