Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (5): Jolotundo di Barat, Belahan di Timur

Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (5): Jolotundo di Barat, Belahan di Timur

Situs Petirtaan Belahan di sisi timur Gunung Penanggungan. Banyak anggapan bahwa situs itu dibangun era Airlangga, bahkan sebelumnya. Tapi bentuk situs menyanggah pendapat itu. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

Dalam prasasti itu terdapat keterangan tentang sebuah bangunan petirtaan yang ada di Lereng Gunung Pawitra atau Penanggungan. Resink lantas menghubungkannya dengan Belahan.

Kemudian berasumsi bahwa situs tersebut dibangun pada era Pu Sindok untuk menghormati raja Medang sebelumnya: Rakryan Bawang. Ia merupakan ayahanda Sri Parameswari Dyah Kebi, istri Pu Sindok.

Untuk mengetahui benar-tidaknya pendapat Resink, perlu dilihat dengan seksama keberadaan arca serta tinggalan arkeologis yang ada di situ.

BACA JUGA: Petirtaan Jolotundo, Lambang Cinta Udayana

Petirtaan Belahan dibuat dari tumpukan bata merah. Sedangkan kedua arcanya dibuat dari batu andesit. Salah satu arca memancarkan air dari dua dadanya. Sedangkan arca di sebelahnya tidak.

Dilihat dari lubangnya, sebenarnya sumber pancuran bukan hanya dari kedua dada arca tersebut. Ada dari dua telapak tangan dan lubang-lubang di sampingnya. Maka terdapat enam lubang pancuran.

Penyusun bangunan dari bata merah sebenarnya bukan kekhasan bentuk bangunan dari kerajaan pra-Singhasari. Sebelum kerajaan itu, biasanya situs dibangun dari andesit. Begitu pula arca-arcanya. Seperti terlihat dari Petirtaan Jolotundo.

Pada era Singhasari sampai Majapahit, biasanya bangunan candi dibangun dari paduan bata merah dan andesit. Bisa bangunannya dari bata merah, arcanya andesit. Seperti terlihat di Candi Jawi, Jago, atau situs Petirtaan Watu Gede.
Seorang pengunjung mengumpulkan air dari Petirtaan Belahan dalam wadah-wadah botol mineral. Konon khasiat air petirtaan tersebut dapat membuat awet muda. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

Beberapa arkeolog pun berpendapat bahwa bidang kecil di tengah-tengah, yang tak ada arcanya itu, sebenarnya terdapat arca Wisnu menunggang garuda. Arca itu ditempatkan di Museum Trowulan. Tapi belum jelas, apakah arca Wisnu di museum itu berasal dari Belahan atau dari tempat lain.

Sebab, dari ukurannya yang besar, tak mungkin arca Wisnu tersebut ditempatkan di tengah-tengah situs. Jurnalis sejarah Asisi Suhariyanto, berpendapat bahwa arca tersebut malah lebih cocok ditempatkan di Jolotundo.

"Iya, lebih pas jika diletakkan di Petirtaan Jolotundo. Kalau di Belahan kurang pas. Terlalu besar. Maka bisa jadi petirtaan Belahan dibangun pada masa Majapahit. Bukan dari masa Airlangga dan sebelumnya," ungkap pengampu akun YouTube ASISIchannel tersebut.

Jika benar dari masa Majapahit, maka dua wangsa besar membangun situs petirtaan di Lereng Penanggungan. Yakni wangsa Isyana trah Medang, dan wangsa Rajasa, dari Singhasari sampai Majapahit. Untuk apa? (Guruh Dimas Nugraha)

BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (6): Bukan Arca Laksmi dan Sri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: