Imin, Khofifah, dan Ipul

Imin, Khofifah, dan Ipul

ILustrasi tiga serangkai, Khofifah, Imin, dan Ipul. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Khofifah mencoba memakai pengaruhnya di Muslimat NU. Dia sampai harus bermanuver mamajukan tanggal hari lahir NU dari Maret ke Januari untuk mengonsolidasikan ratusan ribu anggotanya di Jakarta. 

Khofifah –sebagaimana banyak politikus lain– menjadi korban hostage politics, ’politik sandera’ ala Jokowi. Ia tersandera oleh kasus dana bantuan hibah dan dana bantuan sosial saat masih menjadi menteri sosial. 

Beban politik itu memaksa Khofifah berhadapan dengan para kiai dan bu nyai NU pendukung Amin. Masa depan politik Khofifah sebagai gubernur Jatim menjadi taruhan.

Saifullah Yusuf –sadar atau tidak– mewarisi langkah kuda dari Gus Dur. Bersama Yahya Cholil Staquf –yang juga protege Gus Dur– Ipul menguasai PBNU. Masing-masing sebagai sekretaris dan ketua umum. 

Duet itu sejak awal mendeklarasikan netral dalam pilpres, tapi dalam praktiknya beda. Gus Ipul beberapa kali keceplosan bicara yang menunjukkan dukungannya kepada Prabowo-Gibran.

Imin menghadapi medan yang berat karena dikeroyok Staquf, Ipul, dan Khofifah. The war of the proteges tidak bisa dihindarkan. 

Siapa yang muncul sebagai pemenang? Hitung-hitungan matematis menempatkan Prabowo sebagai pemenang. Namun, Imin bersama Anies bisa menjadi kuda hitam yang berbahaya. 

Gus Dur menjadi presiden karena berkoalisi dengan Amien Rais. Anies pun bisa saja menjadi presiden karena berkoalisi dengan Imin. Siapa tahu? (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: