Kiat Ray Albani Membudidayakan Lobster di Kota Besar: Memvariasi Pakan Cegah Bosan

Kiat Ray Albani Membudidayakan Lobster di Kota Besar: Memvariasi Pakan Cegah Bosan

Ray Albani, pembudidaya lobster yang berlokasi di Dupak Surabaya. Ia mampu membudidayakan lobster di lahan sempit, tapi maksimal. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Budidaya lobster di Surabaya? Mungkinkah? Ternyata Ray Albani bisa. Budidaya lobster red claw yang telah dilakukan sejak 2021 membuahkan hasil. Tentang kualitas air dan udara yang buruk, Ray membuat inovasi di bidang filter. 

Ia melakukannya di sebuah rumah dua tingkat di Jalan Dupak Surabaya. Lantai satu dan dua digunakan sebagai kos-kosan. Namun, lahan kecil di lantai paling atas digunakan sebagai budidaya lobster.

BACA JUGA: Penyelundupan 48.000 Benih Lobster Digagalkan

Mungkin banyak yang meragukan bahwa budidaya lobster atau ikan hias di kota besar tak kan berhasil. Apalagi di Surabaya. Kualitas air dan udaranya kurang bagus. Kalau pun lobster dapat tumbuh, hasilnya tidak memuaskan.

Budidaya lobster di Surabaya akan kalah dalam hal kualitas. Utamanya jika dibandingan dengan, misalnya, lobster dari Banyuwangi yang berkualitas ekspor. Namun, Ray Albani, menolak anggapan itu. "Bisa kok menghasilkan lobster berkualitas di kota ini. Bahkan dengan ruang yang tak terlalu besar," ujarnya.
Lobster red claw yang dibudidayakan oleh Ray Albani. Ia mengembangbiakkannya cukup mudah. Namun, di kota besar, perlu inovasi khusus. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Ia mengajak Harian Disway ke lantai atas rumahnya. Menaiki tangga cor yang terbilang sempit. Di bagian atas rumahnya itu terdapat wadah-wadah dengan beragam ukuran. Di sisi kiri dibuat bertingkat. 

Kolom-kolom besi menjadi rangka wadah-wadah itu. Dindingnya dari terpal. Sederhana, tapi cukup maksimal untuk menjadi kolam pembudidayaan. Di sudut terdapat beberapa galon berisi cairan coklat. Itu merupakan cacing sutra. Ada juga tempayan berisikan pakan lobster berbentuk bulatan-bulatan kecil.

Di tengah kolam terdapat wadah yang tersambung dengan selang dan pipa kecil di beberapa sudut. Pipa panjang itu berlubang. Tiap lubangnya memancarkan air yang tercurah di dalam kolam. Itu merupakan wadah sistem aerator. 

Fungsinya untuk ketersediaan oksigen bagi lobster. Juga untuk filterisasi kolam dari kotoran-kotoran. Sehingga airnya selalu jernih. "Nah, wadah ini adalah inovasi dari saya," ujarnya, lalu menunjuk wadah itu. Jika biasanya wadah filter berisi kapas untuk menyaring kotoran, wadah tersebut berisi batu karang, cangkang kerang, dan andesit.

"Ada karang jahe, juga karang-karang lainnya dari laut. Dipadukan dengan andesit. Lebih efektif untuk menyaring kotoran. Kalau pakai kapas, biasanya masih kotor. Kualitas airnya kurang baik. Karang dapat menyerap kotoran-kotoran kecil," katanya.

Di dalam kolam, terdapat potongan tiga-empat pipa kecil yang tersambung jadi satu. Gunanya sebagai tempat persembunyian lobster. Di habitat aslinya, lobster-lobster memang suka bersembunyi di balik batu. 

Ray mengenakan sarung tangan biru. Mengambil sebuah sambungan pipa, membaliknya. Seekor lobster red claw keluar dari sarangnya. Ia memegangnya. "Ciri khas lobster red claw, warna tubuhnya biru. Tapi capitnya memiliki garis merah. Makanya disebut red claw," tunjuknya pada bagian capit lobster itu. 

Warnanya biru tajam. Juga warna merah di bagian capitnya. Mulus dan terawat. Itu menunjukkan kualitas air yang baik. Jika kualitas airnya kotor, biasanya lobster akan terkena kutu atau beragam penyakit pada kulit cangkangnya.
Kolam-kolam pembudidayaan milik Ray Albani. Sisi kiri kolam benih, kanan kolam indukan. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Lobster yang diambil itu berasal dari kolam khusus indukan. Luasnya 1x1,5 m. Untuk kolam bertingkat di belakangnya lebih luas. Yakni 1x2 m. Kolam tiga tingkat itu untuk meletakkan benih-benih lobster. Satu kolam bisa menampung 800 ekor benih yang panjangnya 3-4 mm.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: