Catatan 18 Hari Hamid Nabhan di Eropa Lahirkan Buku Jelajah Eropa yang Dibagikannya Gratis untuk Pembaca
Diterbitkan Januari 2024, Hamid Nabhan membagikan buku terbarunya secara cuma-cuma ke beberaap sahabat yang mengapresiasi karya-karyanya selama ini. -Hamid Nabhan-
HARIAN DISWAY - Banyak yang melancong ke Eropa. Tapi tak semua orang menulis pengalaman tentang perjalanannya. Berbeda dengan Hamid Nabhan yang justru menjadi buku. Berjudul Jelajah Eropa, buku ini berperspektif beda karena ditulis Hamid sebagai pelukis.
Sulit menunjuk Hamid berprofesi sebagai apa; penulis ataukah pelukis. Sebab dalam dua bidang itu, produktivitas Hamid sangat tinggi. Sebagai pelukis, Hamid telah berpameran seni rupa bersama yang tak terhitung jumlahnya. Sementara pameran seni rupa secara tunggal telah lima kali ia gelar.
Lebih-lebih sebagai penulis. Gairah Hamid sangat besar. Bayangkan. Bukunya kali ini adalah yang ke-49. Dalam berbagai genre pula. Jelajah Eropa merupakan buku keduanya terkait traveling. Setelah yang berjudul Menelusuri Lorong Sejarah. Yang lainnya buku tentang puisi, cerpen, sejarah, dan tentu saja tentang seni rupa yang paling dominan.
BACA JUGA: Light Painting Impresionisme Gaya Hamid Nabhan
Sebagai buku pertama yang membuka 2024, Hamid menerbitkannya setelah ia berkeliling 10 negara di Eropa. Selama 18 hari pada periode Juli-Agustus 2022 lalu. “Sebetulnya rencana perjalanan itu sudah disusun sejak 2020. Tertunda ya karena pandemi. Makanya begitu Covid-19 kelar, saya langsung sempatkan pergi,” ujarnya.
Hamid Nabhan di dengan latar belakang kanal di Amsterdam, Belanda. Di kota ini juga, Hamid mengunjungi banyak museum di antaranya Anne Frank House. -Hamid Nabhan-
Berangkat menuju Barcelona dengan Emirates Airlines, Hamid transit di Dubai. Pulangnya, ia memilih lewat Turki dengan transit di Dubai lagi. “Saat itu tiket sedang mahal-mahalnya karena high season. Tapi bulan-bulan itu yang paling pas karena cuacanya cukup nyaman untuk bepergian,” ungkapnya.
Dari Spanyol, Hamid lalu pergi ke Prancis, Swiss, Italia, Austria, Lichtenstein, Jerman, Belanda, Belgia, dan Turki. Semula target Hamid ingin pergi ke 12 negara. Tapi sebagai perjalanan pertama ke Eropa untuk pertama kalinya, perjalanan berkeliling sepuluh negara itu dianggapnya cukup.
Apalagi tujuan Hamid sederhana: liburan. Bersama seorang teman, Hamid berkeliling tanpa pemandu. “Kalau pun ada pemandu saya andalkan Google saja,” katanya, lantas tersenyum. Dengan cara itu, Hamid malah menemui pengalaman tak terduga. “Sekalian saya mencari objek yang bisa saya lukis. Sambil cari bahan menulis buku yang saya niatkan sejak awal. Satu tentang traveling dan satu tentang puisi yang masih saya susun,” katanya.
Hamid Nabhan di depan Deutsches Theater München di Munich, Bavaria, Jerman. -Hamid Nabhan-
Tekad Hamid itu dilakoninya dengan sangat serius. Terbukti, selama perjalanan Hamid sudah memulai penulisan buku dengan cara membuat catatan kecil tentang negara yang ia kunjungi. “Tak terasa setelah materi terkumpul, bukunya lebih banyak berbicara tentang sejarah seni dan arsitektur,” tegas pria kelahiran 15 Agustus itu.
Terdiri dari 101 halaman dan memuat 25 bab, Jelajah Eropa lebih banyak membahas hal-hal yang tidak biasa diperhatikan oleh para pelancong biasa. Misalnya bahasan tentang seni patung.
Seperti di Madrid, Spanyol, Hamid tak sengaja berkunjung ke rooftop sebuah hotel yang ternyata milik Christiano Ronaldo. Ia juga senang bisa bertemu penjual petis di toko kelontong khas Asia yang dikenal dengan nama Asia Markt Jiahong di Hard, Austria. Di Zurich, Swiss, Hamid takjud ada makam yang menjadi taman kota.
Saking banyaknya pengalaman seru, dalam prosesnya Hamid tak bisa menulis semua tempat atau negara yang ia kunjungi. Ia akhirnya harus selektif memilih cerita yang ingin dibaginya kepada pembaca. “Sebenarnya saya ingin menulis lebih dari dari 25 bab atau cerita tapi saya menghindari kejenuhan pembaca yang bisa jadi tahu dari tulisan penulis lain. Bab yang ada pun hanya sempat merangkum 7 negara,” bebernya.
Menurut Hamid Nabhan, Louvre Museum di Paris, Prancis, ini bagai surga untuk mereka yang ingin melihat karya seni rupa kelas dunia. -Hamid Nabhan-
Karena melancong tanpa panduan yang pasti, Hamid merasa bahwa kekayaan pelangamannya justru makin kaya. Apalagi ia tak lupa untuk selalu menyempatkan on the spot untuk membuat sketsa di beberapa tempat yang dianggapnya menawan. Seperti Plaza de La Catalonia di Barcelona, Menara Eiffel, bukit-bukit di desa yang indah di Swiss, atau Hagia Sophia di Turki.
Menariknya, sketsa-sketsa yang dibuat Hamid itu banyak yang ia berikan kepada orang-orang. “Utamanya mereka yang sudah setia menunggu saya melukis atau yang banyak bertanya karena melihat saya melakukan itu di tengah keramaian,” ujarnya. Sketsa lainnya tentu saja ia sertakan dalam buku bersama foto dan ilustrasi yang mendukung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: