Laga Deg-degan

Laga Deg-degan

llustrasi laga deg-degan Indonesia versus Australia di Piala Asia 2023. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Menjadikan sepak bola sebagai industri sebetulnya sudah mulai berjalan sejak satu dekade terakhir. Hanya, perkembangannya sempat terganjal oleh politisisasi sepak bola. Akibatnya, PSSI sebagai otoritas tertinggi masih menjadi ajang rebutan para politikus untuk menguasainya. Politisasi tak lagi di level klub, tapi di level otoritas tertinggi sepak bola kita.

BACA JUGA: Indonesia Lolos 16 Besar Piala Asia 2023, Skuad Garuda Tantang Australia pada 28 Januari

Sejarah bola menjadi instrumen politik sebetulnya sudah sejak lama. Sebab, bola merupakan olahraga paling digemari. Memiliki suporter paling fanatik di mana-mana. Sebab, itu dianggap bisa mendulang suara. Apalagi, dulu pernah diperbolehkan klub bola mendapat suntikan dana APBD. Sampai akhirnya dilarang secara undang-undang.

Sebetulnya, bola bisa menjadi cabang olahraga untuk menciptakan kebanggaan baru. Tim nasional, misalnya, sudah seharusnya menjadi instrumen untuk menyatukan bangsa melalui kebanggaan bersama. Nilai politisnya di sini. Bukan menjadi alat atau panggung aktor-aktor untuk kepentingan pribadi. Jadi, yang memperoleh gain politik adalah bangsa. Bukan perseorangan.

Dengan demikian, paradigma pengembangan sepak bola ke dalam untuk membangun industri olahraga. Sedangkan paradigma pengembangan keluar untuk membangun kebanggaan baru bagi bangsa dan negara. Paradigma yang demikian harus menjadi bagian yang dihayati semua yang terlibat dalam pengembangan sepak bola nasional.

BACA JUGA: Termasuk Indonesia, Ini Daftar 16 Besar Piala Asia 2023

Sebagai industri, yang berlaku adalah prinsip keberlanjutan atau sustainability. Untuk bisa mencapai itu, setidaknya ada delapan unsur yang hatus terpenuhi. 

Pertama, tata kelola yang profesional. Klub harus dikelola orang-orang yang memahami bisnis sepak bola dan terampil dalam manajemen keuangan, pemasaran, operasional, dan pengembangan bisnis sepak bola.

Kedua, menegakkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam mengelola keuangan dan operasional klub atau liga. Hal itu penting untuk membangun kepercayaan dari para pemegang saham, sponsor, dan penggemar. 

Ketiga, memiliki pengelolaan keuangan yang baik dan transparan, termasuk pengelolaan gaji pemain, pembayaran pajak, dan keuangan klub secara keseluruhan.

Keempat, investasi dalam infrastruktur sepak bola seperti stadion, fasilitas latihan, dan akademi pemuda untuk mendukung pengembangan pemain dan pertandingan. 

Kelima, komunitas lokal dan penggemar dalam pengambilan keputusan dan kegiatan klub serta memperhatikan aspirasi dan kebutuhan komunitas. Bali United yang melakukan go public menjadi contoh yang baik.

Keenam, melakukan pengembangan sumber daya manusia yang komprehensif, termasuk pelatihan pelatih, pengembangan bakat, dan pendidikan untuk pemain muda. 

Ketujuh, menegakkan standar etika tinggi dalam bisnis sepak bola, termasuk menjaga integritas, transparansi, dan fair play

Kedelapan, melakukan upaya pemasaran yang efektif untuk meningkatkan daya tarik dan pendapatan klub atau liga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: