Potensi Besar Pesantren dan Kaum Santri (1): Sumber Inspirasi Dunia

Potensi Besar Pesantren dan Kaum Santri (1): Sumber Inspirasi Dunia

Ilustrasi pesantren di Indonesia sumber inspirasi dunia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mereka pun masih punya ikatan emosional yang kuat dengan pengasuh maupun pesantren sebagai almamater. Selain itu, para orang tua atau wali santri menjadi bagian tak terpisahkan dari elemen-elemen di internal pesantren. 

Selain faktor internal, ada unsur-unsur eksternal pesantren yang turut mewarnai, misalnya, masyarakat, pemerintah, serta eksponen sosial lainnya. 

Jika ditelisik, para santri yang baik pasti dipengaruhi oleh elemen-elemen internal maupun eksternal yang baik pula (Zamakhsyari Dhofier, 2015, Tradisi Pesantren: Studi Pengalaman Hidup, Jakarta: LP3ES).

Pesantren dan para santrinya merupakan potensi masyarakat Islam di Indonesia. Di mana model, praktik, dan pandangan keislaman di Indonesia yang moderat ini bisa menjadi inspirasi bagi dunia. 

Bukan hanya bagi masyarakat Islam di level global, melainkan juga untuk peradaban manusia secara umum di muka bumi. 

Indonesia merupakan negeri dengan penduduk mayoritas Islam yang jumlahnya besar. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri melansir, jumlah penduduk Indonesia berkisar di angka 272,68 juta. 

Dari jumlah itu, tak kurang dari 236,53 juta jiwa atau 86,88 persen tercatat beragama Islam. Stabilitas masyarakat yang didasari oleh pola pikir Islam moderat ala pesantren dapat menjadi patron dunia. Sebab, tak sedikit negeri-negeri yang mengeklaim islami justru mengalami krisis horizontal. 

Para santri mesti bisa menjadi refleksi praktik keislaman yang damai serta kompatibel dengan demokrasi. Mereka mesti sanggup memberikan warna yang makin mempercantik kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Jangan justru menjadi beban karena minimnya kebermanfataan. Mereka harus membuka mata pada segala persoalan multidimensi dan berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi. 

Hingga saat ini, sudah banyak dari pesantren yang sudah memiliki unit pendidikan formal mulai jenjang setara taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga perguruan tinggi. 

Artinya, pesantren di Indonesia memiliki potensi dan sumbangsih besar bagi dunia pendidikan keagamaan maupun umum. Keseriusan institusi pendidikan mesti pula dibarengi dengan etos santri untuk bisa mengembangkan diri. 

Para santri harus tertantang untuk meluaskan cakrawala wawasan. Di samping mengasah pengetahuan yang sifatnya diniyah atau keagamaan, baik dalam konteks akidah, syariah, dan akhlak, mereka sejatinya punya peluang untuk menguatkan kapabilitas diri. 

Soft skills menjadi hal yang perlu diberi perhatian. Dengan begitu, selain mahir mengaji, seorang santri juga lihai berkiprah dalam hal pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, entrepreneurship, memformulasikan gagasan Indonesia ke depan, pengembangan teknologi dan sains, serta turut andil dalam pembangunan manusia.

Terlebih, bangsa Indonesia tengah menyongsong bonus demografi. Para santri dan lulusan pondok pesantren merupakan bagian dari generasi yang potensial menjadi penggerak masyarakat. 

Bonus demografi merujuk pada fenomena ketika jumlah penduduk usia produktif (biasanya dalam rentang usia 15–64 tahun) lebih besar daripada jumlah penduduk usia dependen (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: