Menunggu Sikap Megawati

Menunggu Sikap Megawati

Ilustrasi menunggu sikap megawati.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mengapa sikap Mega sangat ditunggu. Sebab, hasil pileg kemarin, PDIP tetap menjadi partai terbesar. Sejumlah lembaga quick count mencatat perolehan PDIP sekitar 17 persen. Tetap yang terbesar (bukan pemenang, melainkan yang terbesar).

BACA JUGA: Beri Ucapan Ulang Tahun, Anies Puji Megawati sebagai Sosok yang Konsisten Menjaga Demokrasi Indonesia 

Apakah Megawati dan PDIP memilih jalan oposisi? Seperti jalan yang mereka tempuh di era SBY, selama sepuluh tahun di luar pagar istana. 

Atau, bergabung dengan koalisi pemenang? Menjadi bagian pemerintah yang akan kebagian jatah menteri.

Kalau kita cermati perkembangan politik akhir-akhir ini, Jokowi kini mencari jalan agar bisa bertemu Mega. Jokowi sudah meminta sejumlah pihak menjadi jembatan pertemuannya. 

Terakhir, Jokowi berharap agar Sultan Hamengku Buwono X, gubernur Yogyakarta, bisa menjadi jalan untuk mempertemukan kembali dengan ketua umum PDIP.

BACA JUGA: SLANK Bawakan Orkes Sakit Hati dalam Kampanye Ganjar-Mahfud, Megawati Move On?

Tentu Jokowi sangat berharap bisa berdamai dengan Mega, apalagi bila Prabowo-Gibran menang. Mereka akan kesulitan bila PDIP yang memiliki kursi terbanyak di DPR memilih menjadi oposisi.  

Namun, melihat perjalanan Mega, sulit rasanya mereka memilih sikap berkoalisi dengan kubu Jokowi dan Prabowo. Belum ada dalam kamus Mega, dalam berkoalisi, mereka hanya menjadi ”ekor”. Selama ini, mereka selalu menjadi ketua konsorsium dalam berkoalisi.

Saat Mega kalah oleh SBY, PDIP juga diajak bergabung ke pemerintahan. Ditawari kursi menteri yang banyak, Mega tetap menolak. 

BACA JUGA: Megawati dan Orde Baru

BACA JUGA: Luka Lama: SBY vs Megawati

Sekarang, apakah Mega menerima bila ada tawaran untuk berkoalisi? Atau, paling tidak, tawaran berdamai dengan Jokowi? 

Sekali lagi, diuji kenegarawanan Megawati. Jika dia memilih menjadi oposisi, itu pun pilihan terhormat. Toh, pemerintah dan oposisi sama pentingnya. Tentu akan sangat menarik bila yang mengontrol pemerintah juga mempunyai kekuatan besar di parlemen. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: