Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (7): Blater si Teladan

Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (7): Blater si Teladan

Andu Rahman (kanan) dan Rony Darmawanto (kiri) musisi asal Bangkalan. Keduanya mengenang masa kecil saat bertemu dengan blater yang memegang nilai-nilai keblaterannya. -Ahmad Rijaludin-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Terkait sosok blater, sebagian masyarakat di Madura aikut menggerus atau salah memahami nilai keblateran. Bahkan pernah terjadi peristiwa pengeroyokan terhadap blater sebagai juru bicara. Kejadian itu pun dikecam banyak pihak.

Dalam buku Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, KH D Zawawi Imron turut mencantumkan pendapatnya. Tertera dalam halaman belakang buku tersebut. Ia menulis: Ada sikap jantan dan ksatria dalam Carok.

Ditemui di kompleks Taman Budaya Jawa Timur, pada 13 Februari, budayawan berjuluk Celurit Emas itu mengatakan, "Sebelum peristiwa berdarah 12 Januari 2024 di Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, pernah terjadi peristiwa serupa yang mengakibatkan banyak nyawa melayang. Kalau tidak salah sekitar 18 tahun silam."

BACA JUGA: Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (6): Bagaimana Perilaku Mulia Blater?

Baginya, selama itu bukan duel satu lawan satu, tidak melalui tahapan, serta tak menyertakan tokoh masyarakat, peristiwa tersebut tidak bisa disebut carok. "Bukan. Itu tawuran, keributan," katanya. Sebab, tradisi carok selalu melibatkan ulama atau blater. 

Dua tokoh masyarakat itu dianggap memiliki peranan penting. Baik sebagai juru bicara atau juru damai kedua belah pihak yang bertikai. Hingga kini, mereka masih ada di tengah-tengah masyarakat. Tapi esensi nilainya sudah berkurang.
KH D Zawawi Imron turut angkat bicara terkait peristiwa carok di Tanjung Bumi, Bangkalan. Menurutnya, tradisi carok kini sudah bergeser nilainya. --HARIAN DISWAY

Hal itu membuat sebagian masyarakat tak memahami peranan blater dan nilai-nilai yang melekat. Salah satu kejadian terkait ketidakpahaman konsep blater pernah terjadi di Madura. Itu disampaikan oleh Lestari Puji Rahayu (Yayuk), pemilik Rumah Batik Peri Kecil di Burneh, Bangkalan.

"Terjadi beberapa tahun lalu, di suatu daerah di Madura. Awalnya ada dua orang laki-laki yang berseteru. Pertengkaran mereka bahkan menyangkut harga diri keluarga. Masing-masing tidak terima," ujarnya. Lantas, salah satu pihak menghubungi seorang blater untuk menjadi juru bicara. Dengan tujuan agar dapat melakukan mediasi. 

Blater tersebut menyetujui permintaan orang itu. Kemudian datang seorang diri ke rumah lawan dari pihak tersebut. Bahkan tanpa membawa senjata. Maksudnya, ia hendak menyampaikan maksud dari kliennya. Tanpa berniat membuat keributan dan hanya ingin mencari jalan keluar atas permasalahan.

Namun, pihak keluarga lawan telah mempersiapkan puluhan kerabatnya. Masing-masing mereka membawa celurit. Rupanya, keluarga tersebut kurang memahami peranan blater yang sedari dulu dikenal sebagai juru bicara atau juru damai kedua belah pihak. 

"Karena diliputi amarah, blater itu diserang. Tapi seorang blater tentu menguasai ilmu beladiri," ungkap perempuan 48 tahun itu. Pergumulan pun terjadi. Blater tersebut berhasil merebut salah satu senjata lawan, kemudian bertahan menghadapi gempuran. Karena kalah jumlah, blater tersebut tewas. Namun, ia berhasil menewaskan tiga orang lain.

Peristiwa berdarah yang menyebar dan menjadi ramai. Tentu keluarga pembunuh blater tersebut dikecam banyak pihak. Karena sebenarnya, blater merupakan pemegang norma sosial dalam masyarakat. Dalam struktur sosial, posisinya tinggi dan dihormati. Seorang blater tak boleh disakiti. Apalagi sampai diserang dan dibunuh.

Dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut menunjukkan bahwa sebagian kecil masyarakat Madura saat ini kurang memahami nilai-nilai ke-blater-an. 

Di tempat lain, dua pemuda asal Bangkalan mengenang sosok blater ketika mereka masih kanak-kanak. Keduanya ditemui Harian Disway di Kedai Pustaka, Jalan Kartini, Bangkalan. Namanya Andu Rahman (32) dan Rony Darmawanto (31). Andu merupakan penggerak literasi setempat. Sedangkan Rony adalah musisi. Pemain bass Sickles, band death metal asal daerah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: