Beras Kalah

Beras Kalah

ILUSTRASI beras kalah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Saya WhatsApp semua kandidat yang ikut pilpres. Kecuali, Pak Prabowo dan Gibran. Sebab, saya tidak punya nomor kontak keduanya. 

Saya memberikan selamat atas keikutsertaan mereka di pilpres. Menjadi bagian dari proses demokrasi dan politik di negeri ini. Memberikan pencerahan kepada warga.

BACA JUGA: Pemerintah Tingkatkan Gelontoran Beras SPHP ke Pasar Hingga 250 Ratus Ribu Ton Per Bulan

Saya senang semuanya menjawab dengan penuh semangat. Mengaku siap menang dan kalah. Mereka sudah menghitung segala risikonya jika kalah. 

”Tetap semangat. Kita tunggu KPU,” kata Ganjar. ”Siap. Suwun,” kata Anies dengan menambahkan emoji ketawa dan jempol.

Pak Mahfud MD dan Cak Imin yang menjadi pasangan Ganjar dan Anies memberikan respons yang kurang lebih sama. 

”Siap. Nuwun, Mas,” tulis cawapres yang belakangan memopulerkan istilah slepet itu. ”Insya Allah tabah. Semua risiko sudah diperhitungkan jauh sebelum pencalonan,” jawab Mahfud.

BACA JUGA: Beras Masih Mahal, Warga Jatim Serbu Pasar Murah Pemprov Jatim

Kembali ke beras. Kenapa, setelah 79 tahun merdeka, kita belum berhasil membangun swasembada beras maupun pangan? 

Padahal, beberapa negara tetangga yang kini kuat di bidang pangan dulunya belajar dengan sistem pertanian kita. Thailand, misalnya. Negara tersebut kini menjadi salah satu sumber impor beras kita.

Apa kira-kira penyebab kegagalan kita mengatasi masalah pangan? Ketidakjelasan paradigma dan ekosistem pembangunan pangan yang dibangun. Kebetulan saya sedang meneliti tentang upaya memenuhi swasembada gula melalui transformasi kelembagaan korporasi. Khususnya di lingkungan PTPN Group.

BACA JUGA: Hindari Langka Beras, Satgas Pangan Polres Lamongan Sidak Pasar

Paradigma pembangunan pangan yang tidak jelas menjadikan arah pembangunan sektor ini tidak terarah. Ditambah lagi dengan penyerahan kementerian yang terkait dengan bidang ini ke berbagai politik. Akhirnya, program pertanian menjadi sarat dengan agenda politik menteri yang memegangnya.

Sejak beberapa tahun terakhir, komoditas gula menjadi perhatian khusus presiden. Inilah komoditas yang juga selalu impor. Padahal, tanah Jawa di tahun 1930-an pernah menjadi pengekspor terbesar kedua dunia setelah Kuba. Kini Indonesia menjadi pengimpor terbesar kedua dunia setelah Tiongkok.

Transformasi BUMN gula diarahkan untuk memenuhi target swasembada gula. Target tersebut tertera di Keppres Nomor 40 Tahun 2023. Keppres itu menugasi PTPN Group untuk menjadi pelaksana target swasembada gula. Transformasi lantas diarahkan untuk merumuskan paradigma dan membangun ekosistem industri gula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: