Beras Kalah

Beras Kalah

ILUSTRASI beras kalah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mereka menggunakan paradigma produktivitas untuk mengembangkan industri gula. Dengan paradigma tersebut, yang dipikirkan bukan hanya bagaimana pabrik gula bisa berjalan efesien, efektif, dan memiliki laba yang tinggi. 

Mereka juga harus memikirkan petani karena industri itu bergantung pada pasokan tebu petani. Makin tinggi produktivitas petani, makin terjamin juga industri gulanya.

Di luar itu, mereka juga membangun ekosistem baru yang saling menopang dari hulu sampai hilir. Memang hasil transformasi ini belum berjalan optimal. Sebab, baru berjalan selama dua tahun terakhir. 

Namun, hasilnya sudah menunjukkan kinerja yang membanggakan. Diharapkan ke depan transformasi ini jadi model pembangunan industri pangan lainnya.

Apalagi kalau transformasi di BUMN gula ini kelak diikuti dengan reorganisasi petani tebu. Mengelompokkan mereka bukan atas dasar anggota perorangan, melainkan berdasar konsolidasi lahan. 

Dengan demikian, mereka berkelompok untuk mengelola lahan bersama yang lebih luas agar bisa leluasa menerapkan teknologi pertanian yang lebih maju. 

Beras sangat mungkin dikembangkan seperti model gula. Tentu tidak dengan model food estate yang lepas dari ekosistem petani. Mencerabut basis industri pangan dari petani bisa dipastikan akan menuai kegagalan dan meningkatkan ekonomi subsistem petani kita. 

Kali ini kita kalah di beras. Bisa saja ke depan bisa kalah di sektor pangan lainnya.

Masak tega menjadikan beras kita sebagai komoditas yang kalah? (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: