Menengok Kesiapan Para Rider Menjelang Indonesia Jumping Master 2024
Rider yang "memanaskan" kudanya sebelum ajang Surabaya Jumping Master. Yakni kompetisi equestrian yang diikuti komunitas berkuda dari berbagai daerah. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Indonesia Jumping Master 2024 siap digelar. Komunitas Equestrian Jawa Timur menyiapkan rider untuk berlatih bersama kuda mereka agar siap menghadapi kompetisi di Lapangan Berkuda Kenpark, Pantai Kenjeran, Surabaya.
Di sana, papan-papan rintangan dengan bidang-bidang persegi bertingkat ada di berbagai sudutnya. Di sebelah kiri, tribun penonton dipenuhi para kerabat serta para staf klub-klub berkuda.
Seorang rider cilik dengan kuda jenis G tampak lincah mengendalikan kudanya. Menggunakan whip atau cambuk yang berbentuk tongkat, ia terlihat beberapa kali memukulkan whip itu ke badan kuda. Untuk mempercepat larinya.
BACA JUGA: Menteri Basuki Apresiasi Pembangunan Jaringan Perpipaan Transmisi Air Minum IKN
Saat hendak sampai ke rintangan, rider tersebut menarik perlahan reins atau pijakan kaki. Kuda tersebut sejenak melambatkan larinya, lantas melompat dengan lincah. Pemanfaatan reins itu sebagai persiapan sebelum kuda melompat.
Rider itu bernama Brandon Toa. Ia mengenakan pelindung dada, helm dan sepatu yang tingginya selutut. Brandon berasal dari William Toa Company Stable Club, Medan. Setelah waktu latihan selesai, ia tampak sedikit terengah-engah. Kemudian dihampiri ayahnya, William Toa. Lantas ayahnya itu memberi tip-tip tentang memainkan equestrian atau seni olahraga berkuda.
Bukan pacuan kuda yang bersifat kompetitif dan mencari yang tercepat. Equestrian cenderung memainkan kelincahan kuda dalam melewati rintangan-rintangan. "Bax Lee, nama kuda saya, sudah akrab dengan saya. Chemistry kami sudah terbangun sejak lama. Jadi dalam kompetisi Indonesia Jumping Club besok, saya yakin bisa jadi juara," ujarnya.
Brandon telah berlatih selama tujuh bulan untuk persiapan lomba tersebut. Serta seminggu di Surabaya untuk "memanaskan" kudanya. Terkait membangun chemistry dengan kudanya, ia menyebut bahwa itu bisa dicapai dengan cara talk to horse. Artinya, berbicara dengan kudanya.
"Sama seperti berbicara dengan kawan sendiri. Dimanjakan, diberi makan, berbicara biasa. Bahkan ketika naik kuda pun saya juga berbicara dengan Bax Lee. Semisal, 'Bax, aku mau naik. Ayo, kamu yang lincah ya'," ungkap anak 12 tahun itu.
Ayahnya menyampaikan bahwa putranya hanya tinggal mempersiapkan satu hal saja. "Mental. Itu saja. Brandon sudah sering bertanding. Surabaya Jumping Master ini adalah ketiga kalinya. Pertama dulu ia pernah ikut lomba di Jogja. Kedua, di Jakarta," ujar William.
Seorang rider berusia 12 tahun lainnya adalah Alodia Pradmadivya Sega. Dia berasal dari komunitas Equestrian Solo. Alodia didampingi Palupi Dian, ibunya. Seorang gadis cilik, tapi sudah menekuni olahraga yang berisiko. Postur tubuhnya dengan postur kuda G miliknya terpaut jauh.
"Nama kuda saya Isabella. Sudah sebulan ini berlatih. Dia sudah lincah dan menurut. Untuk perawatan dan kedekatan, sudah sangat maksimal dilakukan. Saya perlakukan Isabella dengan baik," ujarnya.
Ibunya menyebut bahwa awalnya dia merasa khawatir tentang anaknya. Tapi karena Alodia bersikeras dan semangatnya tinggi, Dian pun melepaskan putrinya untuk berlatih berkuda. "Ya, karena ternyata aman kok. Meski tentu ada potensi cedera. Tapi jika dilakukan dengan benar dan tahu tekniknya, segalanya bisa berjalan lancar," terangnya.
Rider lainnya adalah Bagus Indra Prasetya. Ia merupakan ketua panitia Indonesia Jumping Master. "Sekalian latihan, nih. Pemanasan juga buat Emarita, nama kuda saya," ujarnya. Kuda milik Bagus berjenis warmblood. Posturnya kekar, gagah, dan tinggi. Kuda Eropa yang memang perawakannya besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: