Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan

Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan

SALING BERBAGI: Mohamad Nizar membagikan menu takjil yang ia dapatkan untuk temannya Jamaal Choiri yang ia peroleh dengan gratis di depan Masjid Agung Sidoarjo, pada Rabu 13 Maret 2024. -M Azizi Yofiansyah-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Anak-anak, muda-mudi, remaja-tua. Dari jamaah masjid, karang taruna, kumpulan arisan, group ojek, komunitas parkiran, sosialita emak-emak tumpah.

Dari orang pinggiran, tengahan, jalanan sampai gedongan. Mereka berdiri di ruas jalan dan titik-titik kumpul tertentu di berbagai wilayah. Tidak hanya di perkotaan tetapi juga di padukuhan. Siapa mereka itu? Adalah orang-orang yang berbagi takjil.

Inilah realitas yang kerap terjadi di setiap Ramadan. Tidak terkecuali di 1445 H ini. Kue, kurma, gorengan, sego buntelan serta air kemasan dibagi untuk siapa saja yang lewat. Dia puasa atau tidak, bukan menjadi pertimbangan. Yang utama rasa berkenan menerima.

Inilah bulan ketika pangan datang silih berganti setiap hari. Wulan siam ini senantiasa dihadirkan untuk hamba-hambanya. Berjuta isyarat melintas bahwa puasa itu kewajiban yang mencukupkan kebutuhan hidup orang-orang yang bertauhid atas-Nya. Jangan pernah ada keraguan dalam mengarungi keluasan samudera Ramadan.


BERBAGI BERKAH: Dengan seragam merah muda yang cantik, anggota Bhayangkari Polresta Surabaya membagikan takjil di beberapa titik salah satunya di Tugu Pahlawan Surabaya. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Bentangan luas yang kian tidak terjamah nalar biasa selalu menyodorkan pesan tentang keajaiban puasa sebulan ini. Betapa banyak handai taulan yang semakin sehat dan kenyang di bulan ini.

BACA JUGA: Bantu UMKM di Pasar Murah Ramadan, Warga Diminta Beli Takjil Dulu sebelum Tebus Sembako

Saya menyimak kemampuan para eyang yang berbatas usia 85-95 tahun tampak enerjik menapaki hari-hari Ramadan ini. Wajahnya sumringah sinambi leyeh-leyeh di balai-balai rumah dengan melantunkan kalimat hikmah. Komat-kamit zikir disenandungkan oleh bibir tua yang syarat makna.

Fenomena ini sepercik contoh yang membuat kita tersipu malu. Anak-anak yang belum akil baligh pun di kampung-kampung nun jauh di sana telah mengirim pesan bahwa mereka berpuasa penuh seharian. Fakta yang mengesankan untuk dipetik ilmu linuwih-nya dari anak-anak yang puasa nutuk.

Takjil di jalan-jalan desa yang saya lintasi terpotret ramai dengan pembagian rezeki yang terus bergulir setiap hari. Gairah tarawih disambut laksana “arena perlombaan” beribadah menjemput rida-Nya. Semua itu indah.
PELAJARAN RAMADAN: Seorang siswa TK Tanjungsari Surabaya membagikan takjil kepada para pengguna jalan utamanya yang lewat di depan gedung sekolah mereka. -Elvina Thalita A-HARIAN DISWAY

Di bulan inilah kesejahteraan terhelat amalan sila kelima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang mengerjakan ibadah puasa kerap memanen “keadilan sosial” Tuhan berupa ketercukupan kebutuhannya untuk “mengatasi haus dan dahaga”.

Sepanjang perjalanan luar kota, di areal-areal lapang dari wilayah mana pun di Jawa, saya mendapati “orang terpanggil menaburkan hartanya” untuk memenuhi jalanan. Ramadan memang bulan penuh rahmat.

Pemerintah sebagai organ negara dipersilakan sibuk dengan tupoksi untuk membagi-bagi tanda syukur kepada para PNS tentang gaji ke-13, ke-14 ataupun THR. Itu adalah aktivitas penting untuk menandakan bahwa semua sedang membagi takjil. Menebarkan apa yang menjadi ”gula-gula” yang diterima abdi negara.

Bahkan KPU atau anggota dewan perlu pula mendapatkan ”pahala kenegaraan” dengan takjil yang melangit untuk ukuran siapa pun yang memiliki empati sosial atas derita rakyat-rakyat miskin yang terhimpit ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: