Semesta Simbol Hari Musik Nasional 2024 (4): Musik Membangun Bangsa Bahas Dampak Musik
Diskusi Musik Membangun Bangsa dalam rangka Hari Musik Nasional menghadirkan para narasumber dan pakar musik. -M Azizi Yofiansyah-HARIAN DISWAY
"Pernah ke Sulawesi, lalu ke pulau-pulau lainnya. Sampai saya diundang Bang Iwan untuk makan bareng di sebuah restoran. Beliau mengapresiasi kegigihan saya," ujarnya, lalu mengusap bagian samping bodi kursi rodanya. Di situ terdapat berbagai stiker Iwan Fals.
Bagi Djoenaedi, mendengarkan lagu-lagu Iwan adalah sebuah terapi. "Ini mungkin bawaan, ya. Tapi kalau saya tidak mendengarkan lagu Iwan atau menonton konsernya, kayak kepikiran terus. Bisa-bisa badan sakit semua," katanya, lantas tertawa.
Sedangkan Cak Dauri menggemari Leo Kristi sejak remaja. Ketika dewasa, ia bergabung dengan komunitas LKers. Komunitas fans Leo Kristi yang sangat solid, bahkan selama beberapa waktu menggelar konser tunggal idola mereka.
"Yang saya dan teman-teman LKers suka dari Leo adalah beliau idealis. Tak ambil pusing apakah lagunya laku atau enggak. Tapi idealismenya itu menciptakan kualitas tersendiri. Liriknya tajam tapi puitis," ungkapnya.
Cep Ocim, fans Gombloh, membawakan lagu Selamat Pagi Kotaku berkolaborasi dengan violis Arul Lamandau dalam diskusi Musik Membangun Bangsa. -M Azizi Yoviansyah-HARIAN DISWAY
Ia pun menyampaikan bahwa tak banyak orang tahu tentang sosok Leo Kristi. Namun, sosoknya tak bisa dilepaskan dari sejarah musik tanah air. "Album terakhirnya Hitam Putih Orche. LKers membantu dalam proses pembuatan album tersebut. Persembahan kami untuk mendiang," ujarnya.
Bagi Cak Dauri, lagu-lagu Leo Kristi mampu menentramkan pikirannya. "Sama dengan Cep Ocim maupun Djoenaedi. Jika saya sedang sumpek, tak enak hati, atau lagi emosi, mendengar lagu Leo, hati saya jadi tentram," katanya.
BACA JUGA: Catat! Parade Indonesia Bermusik untuk Peringati Hari Musik Nasional Digelar 8-9 Maret 2024
Mendengar kesaksian tiga narasumber itu, Henry menyimpulkan bahwa musik dapat membawa jiwa manusia ke berbagai arah. "Seperti yang saya katakan, musik dapat berdampak bagi jiwa manusia. Siapa pun pasti membutuhkan musik.
Terkait generasi muda, alangkah baiknya jika musik dapat digunakan sebagai kendaraan untuk menatap masa depan. Tentu musik-musik yang positif," ungkapnya.
"Musik itu tergantung siapa yang menggerakkan. Musik yang membawa pesan kebajikan akan berdampak positif pula bagi pendengarnya. Tapi akan jadi berbahaya jika kita tidak memiliki kesukaan terhadap musik," kata Joko.
Sebab, tanpa musik, hidup akan kering. Pun, jiwa. Itu dapat membahayakan kondisi psikis seseorang. "Semua perlu menginternalisasi jiwa kita lewat musik yang positif. Pemerintah beri ruang yang besar bagi siapa saja untuk mengekspresikan karya musik. Sebab, musik adalah jalan kita bersama," pungkas Eddy. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: