Sekeluarga Loncat dari Apartemen, Bunuh Diri atau Dibunuh?

Sekeluarga Loncat dari Apartemen, Bunuh Diri atau Dibunuh?

ILUSTRASI sekeluarga loncat dari apartemen, bunuh diri atau dibunuh? Polisi masih menyelidiki karena penasaran. Tangan korban saling terikat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Polisi penasaran pada sekeluarga diduga bunuh diri, loncat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Jakarta Utara. Sabtu, 9 Maret 2024. Tali yang mengikat tangan mereka diteliti Puslabfor Polri, untuk mengetahui, adakah DNA orang lain di tali itu?

DUGAAN bahwa kasus itu pembunuhan masih menghantui polisi. Sebab itu, polisi menyelidiki motif mereka bunuh diri. Dan, tidak terungkap sampai sepuluh hari setelah kejadian. 

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada pers mengatakan, ”Berdasar pengalaman kami selama ini, pelaku bunuh diri selalu meninggalkan jejak. Misalnya, menulis surat sebelum bunuh diri atau jejak lainnya.”

BACA JUGA: Polisi Periksa Sejumlah Saksi Kasus Sekeluarga Bunuh Diri di Apartemen Teluk Intan

Di kasus ini sama sekali tidak ada jejak. Membuat polisi terus penasaran. 

Polisi sudah memeriksa 12 saksi, termasuk dari keluarga besar keluarga itu. Juga, saksi pengemudi taksi online yang ditumpangi keluarga itu pada menit-menit akhir hidup mereka. Polisi juga memeriksa rekaman kamera CCTV di apartemen tersebut. Semuanya tidak memberikan petunjuk bahwa keluarga itu berniat bunuh diri.

Seperti diberitakan, sekeluarga itu berinisial EA (ayah usia 50), AEL (ibu usia 52), serta anak mereka, perempuan JL, 15, dan anak laki-laki JW, 13. Saat mereka ditemukan jatuh dari lantai 22 (rooftop) apartemen tersebut, Sabtu sore, 9 Maret 2024, posisi tangan mereka begini:

BACA JUGA: Di-bully Sejak Penghitungan Suara Dimulai, Pengawas TPS Bunuh Diri

Tangan ayah terikat tali dengan anak perempuan, JL. Tangan ibu terikat dengan tangan anak laki-laki, JW. Ketika tubuh mereka jatuh di depan lobi apartemen, posisi ikatan ayah dan anak perempuan masih menyatu. Ikatan ibu dan anak laki-laki sudah terlepas karena tali putus akibat mereka terempas. 

Gidion: ”Nah, siapa yang punya inisiatif mengikat tangan mereka? Apakah orang tua (ayah atau ibu) atau orang lain selain mereka? Kalau inisiatif anak, tidak mungkin. Kalau inisiatif orang selain mereka, berarti itu pembunuhan.”

Begitu telitinya polisi. Salah satu pedoman polisi, itu diduga bunuh diri adalah rekaman kamera CCTV. Isi rekaman CCTV itu sudah dipublikasi luas, begini:

BACA JUGA: Apartemen di Surabaya Terus Tumbuh, Sektor Properti Lolos Badai Pandemi Covid-19

Sekeluarga itu tiba di apartemen tersebut naik mobil, yang ternyata taksi online. Lalu, mereka jalan kaki masuk gerbang apartemen. Menuju lift. Mereka adalah pemilik unit apartemen di sana. Tapi, sudah sejak setahun lalu mereka tinggalkan, pindah ke Solo. Dan, itulah kali pertama mereka datang lagi ke apartemen tersebut. 

Kata Gidion, berdasar hasil penyelidikan, mereka tiba di apartemen tersebut sehari sebelumnya, yakni Jumat, 8 Maret 2024. Lalu, mereka bermalam di apartemen mereka itu. Sedangkan rekaman kamera CCTV yang diperiksa polisi pada menit-menit menjelang mereka jatuh dari lantai 22, yakni Sabtu, 9 Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: