Layanan Kesehatan Mental untuk Setiap Organisasi

Layanan Kesehatan Mental untuk Setiap Organisasi

ILUSTRASI layanan kesehatan mental untuk setiap organisasi. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KESEHATAN manusia itu terdiri atas fisik dan psikis/mental. Men sana in cor pore sano adalah ungkapan Latin yang sudah sedari lama kita tahu. Artinya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. 

Kalimat tersebut semestinya kita maknai dengan lebih serius sehingga tidak hanya sebagai kata-kata bijak yang sekadar kita kutip menjadi sebuah status di media sosial kita tanpa kita terapkan. Kesehatan tubuh dan kekuatan jiwa menjadi dua hal yang harus setiap orang upayakan, baik dalam organisasi maupun dalam masyarakat umum.

BACA JUGA: Perlindungan Anak, Pemberdayaan Perempuan, dan Kesehatan Mental Dibahas Mutuara Annisa dan Mega Safira di Bali

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat menjadi pembicara kunci dalam acara 1.000 Manusia Bercerita mengangkat isu mental health. Menteri Erick menginstruksi perusahaan-perusahaan BUMN agar memiliki program terkait mental health atau kesehatan mental bagi seluruh karyawannya. 

Ia juga menyoroti pentingnya mempersiapkan generasi muda BUMN agar dapat menjadi pemimpin di perusahaan BUMN. Ketika memiliki kesehatan mental yang terjaga sejak awal, seorang karyawan akan dapat mengembangkan diri dengan lebih baik dan suatu saat akan dapat menjadi seorang pemimpin yang berkarakter kuat. 

Pemimpin yang siap menghadapi tantangan yang harus dihadapi ke depan demi mewujudkan Indonesia emas pada 2045.

BACA JUGA: Menulis sebagai Terapi: Kekuatan Journaling untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Mahasiswa

BURNOUT

Seorang karyawan akan dapat mengalami situasi kerja yang menekan, penuh tantangan, adanya deadline yang harus dikerjakan, serta beragam tugas lainnya yang harus ia lakukan setiap hari kerja. Di sisi lain, ia juga memiliki kehidupan personal yang boleh jadi turut memengaruhi kondisi mentalnya dalam bekerja. 

Ketika seorang pekerja yang sudah menikah lalu sedang bermasalah dengan pasangan atau sedang susah memikirkan pendidikan dan perkembangan anak, ia dihadapkan untuk harus segera konsentrasi kembali kepada pekerjaannya ketika sudah berada di lokasi kerja. Tidak ada ruang baginya untuk memikirkan kondisi mentalnya. 

Terlebih, ia akan bertemu dengan rekan kerja atau atasan yang tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan dan ia rasakan. Begitu juga dengan pekerja milenial atau generasi Z dengan common conflict mereka masing-masing. 

BACA JUGA: Angkat Cerita Tentang Kesehatan Mental, Teater Crystal Gelar Pentas Studi 2023 Bertema Kita Manusia

Usia mereka yang berkisar 20 tahun ataupun menuju usia 20-an akan memasuki fase quarter life crisis. Yaitu, krisis kehidupan yang membuat mereka akan mulai gelisah dengan kehidupan masa depannya. 

Mungkin kita melihat banyak pula ulasan yang mengatakan betapa lemahnya daya tahan kerja generasi muda kita dengan istilah generasi strawberry. Yaitu, ditekan sedikit sudah hancur karena rapuh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: