Cheng Yu Pilihan Penasihat Semarang Sketchwalk Lo Tiang Kong: Shen Zhong Zhui Yuan
Cheng yu pilihan Penasihat Semarang Sketchwalk Lo Tiang Kong: shen zhong zhui yuan. --HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Leluhur dalam tradisi Tionghoa sangatlah ditinggikan. Penghormatan kepadanya menjadi tuntunan utama yang harus dijalankan anggota keluarga yang masih hidup.
Saking hormatnya, mereka selalu berusaha mencukupi kebutuhan anggota keluarga yang sudah meninggal itu demi membuat mereka berbahagia di akhirat.
Sebagai orang Tionghoa, Lo Tiang Kong mematuhi filosofi tersebut. Bagi pria yang karib disapa Mick Lo itu, rasa bakti kepada leluhur sudah jadi ideologi yang mengakar.
Baginya, leluhur adalah bagian alam semesta yang tak boleh ditinggalkan. Mick menjalankan praktik menghormati leluhur itu sebagai upaya menunjukkan bakti kepada leluhurnya sekalipun mereka telah tiada.
Ia barangkali ingin mengamalkan apa yang diajarkan Zengzi, salah satu murid Konfusius yang paling brilian, “慎终追远“ (shèn zhōng zhuī yuǎn): berhati-hati dalam mengurus kematian leluhur dan tidak lupa untuk memperingatinya sekalipun telah lama pergi.
Manfaatnya banyak. Penghormatan leluhur dapat memperkokoh persatuan dalam keluarga dan yang segaris keturunan. Tetap menghubungkan ikatan antargenerasi yang tak pernah putus.
Sebab kasih sayang itu tak berhenti antara yang sudah meninggal dan yang masih hidup. Terlebih, kekuatan spiritual leluhur diyakini lebih besar dibandingkan dengan yang masih hidup.
Bahkan, menurut Mick, leluhur itu seperti dewa yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan anggota keluarga berikutnya menjadi lebih baik.
“Tapi yang penting lagi, ujung-ujungnya penghormatan leluhur itu akan membuat seseorang selalu ingat akan Tuhan,” kata laki-laki kelahiran Semarang, 15 Januari 1956, itu.
Dalam melakoni hidup, Mick berkeyakinan bahwa semua yang terjadi hanya karena ada Pengeran, Sing Nggawe Urip, atau Sing Kuoso.
Tentang cara ”mengendus” keberadaan Tuhan, ia punya kebiasaan mendekati pusaran-pusaran yang berenergi kuat dibanding yang lain. “Saya suka mengambil waktu yang khusyuk dan khidmat di tempat-tempat yang saya anggap suci. Rasanya tenang,” kata sketser itu.
Sebagai penganut Katolik, rumah ibadahnya tak hanya gereja. Ia biasa masuk kelenteng, wihara, masjid, pepunden, dan titik-titik yang mengandung keheningan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: