Gempa Susulan Masih Hantui Warga Pulau Bawean Gresik
personel relawan dari Jatim Sosial Care (JSC) dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang dikirim ke Bawean untuk membantu korban gempa.-Humas Pemprov Jatim-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Tepat satu minggu yang lalu, Jumat, 22 Maret 2024, utara perairan Tuban dan Pulau Bawean, Jawa Timur diguncang gempa bumi berkekuatan 6,5 Magnitudo. Guncangan bahkan terasa kuat dan cukup lama di sebagian wilayah Jawa Timur. Kepanikan masyarakat pun tak terelakkan. Ribuan rumah warga hingga fasilitas umum rusak akibat bencana alam tersebut.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Gatot Soebroto melaporkan sebanyak 3.940 unit rumah warga mengalami rusak ringan. Kemudian 1.618 unit rumah rusak sedang, dan 943 unit rumah rusak Berat.
"Tempat Ibadah yang rusak ada 200 unit, sekolah rusak 104 unit. Lalu 6 unit rumah sakit rusak, 8 unit ponpes juga rusak. Kemudian gedung kantor yang rusak ada 29 unit. Sebanyak 1 unit kandang ternak dilaporkan rusak dan 3 unit sepeda motor rusak," papar Gatot.
Sebagai informasi, kerusakan cukup parah terjadi di dua kecamatan Pulau Bawean. Yakni di 17 desa, Kecamatan Sangkapura dan di 13 Desa, Kecamatan Tambak.
BACA JUGA:Rumah Rusak Berat Akibat Gempa Bawean Akan Dibangun Kembali oleh Pemerintah
BACA JUGA:Pasca Gempa Bawean-Tuban, 3 Kabupaten Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
Meski sepekan telah berlalu, masyarakat Jawa Timur, khususnya warga di Pulau Bawean masih dibayang-banyangi gempa susulan. Hingga Kamis, 28 Maret 2024 pukul 12.00 WIB, telah terjadi gempa susulan sebanyak 342 kali. Akibatnya, warga Pulau Bawean masih khawatir dan memilih untuk tetap tidur di luar rumah (mengungsi).
“Kita tahu gempa susulan membuat masyarakat masih khawatir. Mereka (memilih) belum kembali ke rumahnya ataupun memperbaiki rumahnya karena khawatir ambruk lagi. (Selain di tempat pengungsian) Mereka memilih tinggal di luar dengan membuka tenda tidak jauh dari rumahnya sambil menjaga rumahnya sendiri agar tidak ada barang yang hilang,” imbuh Gatot
Hingga kini, BPBD Jatim mencatat jumlah pengungsi di Pulau Bawean menyentuh 34.149 jiwa yang tersebar di dua kecamatan (Tambak dan Sangkapura). Jumlah tersebut kemudian dikategorikan menjadi pengungsi anak-anak, pengungsi dewasa, dan pengungsi lansia. "Pengungsi anak sebanyak 10.485 jiwa, kemudian pengungsi dewasa 18, 599 jiwa, dan pengungsi lansia 5.065 jiwa," terangnya.
Merespons hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengirimkan personel relawan dari Jatim Sosial Care (JSC) dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk membantu psikologis para korban gempa. Dengan begitu, diharapkan bisa memberikan ketenangan dan kedamaian bagi korban gempa di Pulau Bawean.
BACA JUGA:Bawean Masih Diguncang Gempa Susulan, 33 Ribu Warga Memilih Bertahan
BACA JUGA:Terimbas Gempa, Konstruksi RS Unair Akan Dihitung Ulang
PJ Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono tidak memungkiri jika ada banyak warga yang trauma pasca terjadinya gempa. Utamanya kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil. “Saya minta JSC, Tagana yang punya kapasitas untuk trauma healing. Layanan dukungan psikososial untuk gunakan ilmunya membantu masyarakat. Rasa trauma itu yang paling penting untuk dihilangkan agar masyarakat bisa hidup tenang dan kembali normal,” tandas Adhy. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: