Khasanah Ramadan (24): Tauhid Sosial Mudik

Khasanah Ramadan (24): Tauhid Sosial Mudik

Puncak arus mudik di Bandara Internasional Juanda Surabaya diperkirakan terjadi H-5 libur Lebaran atau 6 April 2024. Dari gambaran ini, mudik ternyata adalah ”gerakan bertauhid sosial”. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - RUANG publik hari-hari ini riang meriah. Terminal, pelabuhan, stasiun, bandara, dan halte-halte semakin sibuk. Calon penumpang berbaur hendak meraih kendaraan sesuai dengan arah tujuannya: pulang.

Inilah agenda tahunan itu. Mudik sebagai jalan kerinduan. Mudik gratis pun menjadi pilihan. Semaraknya Lebaran menjadi semakin terasa. Inilah fenomena ”luaran” dari ajaran Ramadan. Apa yang terjadi dalam geliat umat untuk ”pulang ke kampung halaman” adalah pelajaran besar. Orang mau diwongke dengan menjumpai rumpun asalnya.

Ini hanya dapat dirasakan oleh mereka yang merantaukan hidupnya. Mereka yang merasakan kisahnya mengenal Tuhan. Puasa adalah bagian dari skema peneguhan ajaran kesalehan keluarga.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (2): Tadarus, Suluh Keimanan


Kesibukan pemudik di Terminal Purabaya yang mulai tampak. Jumlah penumpang angkutan Lebaran di terminal ini diprediksi naik mencapai 20 persen pada kedatangan maupun keberangkatan penumpang. --HARIAN DISWAY

Adalah tugas kaum beriman untuk mendalami dan mengajarkan ”mata kuliah permudikan” ini. Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 menuangkan ajaran: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr.

“Terdapat seruan wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”.

Hadirlah manusia-manusia yang naturalis menjadi sosiologis. Karakter itu meluberkan esensi kolektif yang saling bersentuhan untuk li ta’arafu, saling mengenal. Berarti manusia memendarkan diri saling bertegur sapa. Bukan saling menjegal apalagi menjagal.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Dalam lingkup inilah tercermin watak saling ingat mengingatkan asal-muasalnya. Terkonfirmasilah bahwa ajaran Islam memproduksi konstruksi sosial.

Islam merealisasi tatanan sosial dengan membangun order kemasyarakatan. Manusia selaku makhluk sosial telah diberi ruang pengaturan silaturahim-silaturahmi.


Inilah agenda tahunan itu yakni mudik yang menjadi sebuah jalan kerinduan. Maka keluarga ini pun rela menempuhnya walaupun dengan memakai motor yang sarat beban. --HARIAN DISWAY

Ini merupakan instrumen yang sangat lekat pada “bentara sosial” ketauhidan.

Abu Aiyub Al-Ansari menceritakan pesan Rasulullah SAW mengenai silaturahmi sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna, jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: