Khasanah Ramadan (24): Tauhid Sosial Mudik

Khasanah Ramadan (24): Tauhid Sosial Mudik

Penumpang pesawat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Sampai Lebaran tiba dengan Ramadan beranjak ke Syawal, betapa kian hebohnya negara untuk mengurusi “agenda agama”.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (12): Bukber Nonmuslim

Hal ini berarti negara tidak akan penah abai, apalagi tidak peduli dengan urusan agama, mengingat para pejabatnya saja sewaktu disumpah, pasti prosesinya menurut agama, bukan menurut adat-istiadat.

Agama benar-benar adalah “kunci pembuka pintu gerbang” jabatan negara agar sah memanggul mandat rakyat.

Untuk itulah betapa ribetnya negara dalam menyambut Idulfitri 1445 H dengan mempersiapkan infrastruktur agar warga negara yang merayakannya merasa nyaman. Negara ini niscaya sangat berarti dengan menyediakan kemudahan ibadah warganya.

Mudik secara praksis adalah aktivitas sosial yang digerakkan oleh iman. Yaitu iman atas penyelenggaraan ibadah puasa pada Ramadan.

Episode Ramadan-Syawal menjadi bulan penggerak kebangsaan, momentum perekat persaudaraan yang sangat tidak terbantahkan. Ramadan benar-benar melangkahkan ”kaki-kaki” sosial maupun ekonomi serta kultural.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (20): Mahasiswa Pemakmur Masjid

Antusiasme mudik ini saja dapat dipelajari dan menghasilkan bermacam jenis buku untuk didiskusikan. Tetapi orang sering lupa bahwa mudik ini pada esensinya bergerak dari rasa iman kaum berpuasa yang menyakini bahwa dalam Ramadan itu akan selalu dipungkasi dengan hadirnya 1 Syawal. Tanda adanya Hari Raya Idulfitri.

Periodesasi waktu Idulfitri inilah yang menyodorkan kebijakan negara untuk cuti bersama yang dituang sebagai konsekuensi political organized, suatu organisasi bernegara. Oleh karenanya mudik juga tidak luput dari bincangan poilitik dan itu hal yang lumrah saja.


Dengan mudik, semaraknya Lebaran menjadi semakin terasa. Salah satunya ditempuk para pemudik dengan menggunakan angkutan kapal. --HARIAN DISWAY

Pemimpin negara ini boleh dibincang oleh setiap warga negara, karena dia menerima limpahan kedaulatan rakyat melalui pemilu, termasuk pilpres 2024. Dalam mudik niscaya saya meyakini bahwa pulang kampung mereka tidak akan imun tentang dongeng Pilpres 2024. 

Orang-orang kampung akan meminta cerita orang-orang perkotaan. Sosok-sosok perkotaan yang menengok kampung lazimnya dikerubungi orang-orang desa.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (17): Beriman Teologis-Ekologis

Kaum kerabat meskipun telah mendapatkan berita dari media sosial tetap bahwa cerita visual yang ekpresif dari kolega yang sempat mengenyam kehidupan kota sangatlah berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: