Per Januari, 47 Kasus DBD Terjadi di Surabaya
Chairulain Muslimah, kader bumantik RT 11/ RW 4, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya, memeriksa jentik nyamuk di kamar mandi warga.-Dokumen bumantik Kelurahan Pakis-
"Kota Surabaya sendiri saat ini masyarakatnya sudah lengah. Merasa sudah sehat akhirnya tidak hidup bersih lagi," ujarnya.
Juliana menjelaskan pentingnya hidup sehat. Tak boleh hanya diterapkan saat pandemi Covid-19 saja. Namun harus menjadi gaya hidup sehari-hari. Menurutnya upaya pencegahan dan sosialisasi harus terus dilakukan di segala lini.
BACA JUGA:Kenali Nyamuk Aedes Aegypti, Pembawa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
BACA JUGA:El Nino Picu Suhu Panas dan Kering, Tingkatkan Resiko Demam Berdarah dan Chikungunya
"Sosialisasi kepada sekolah, dinas pendidikan, dan dinas kesehatan harus berkoordinasi lebih lanjut," imbuhnya.
Memang, di Kota Surabaya peningkatan kasus DBD tidak terlalu signifikan. Meski begitu harus tetap waspada. Sosialisasi harus terus digalakkan dengan tepat.
"Kalaupun sosialisasi, RS Soewandhi, RS BDH melakukan sosialisasi merefresh kembali di Kota Surabaya mengingat musim hujan atau musim panas, kita tetap harus peduli pola hidup sehat," jelasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: