Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Kontrak Kerjasama Proyek Cloud dengan Israel
Tes seberapa jahat kamu Google Form-Menguji seseorang seberapa sanggup dia berbuat jahat-Google
HARIAN DISWAY - Buntut kasus protes terhadap proyek Cloud dengan Israel, Google memecat 28 karyawannya.
Hal itu meningkatkan ketegangan yang sudah berlangsung lama antara pimpinan perusahaan dan serikat karyawan yang menentang penyediaan teknologi kepada pemerintah Israel.
Sebelumnya, telah muncul sekelompok karyawan yang menentang kebijakan perusahaan untuk mendukung Israel.
Beberapa karyawan menolak untuk "menyediakan teknologi yang mendukung genosida". Kelompok lainnya mengusung slogan "tidak ada teknologi untuk organisasi apartheid".
Protes ini berkaitan dengan krisis di Timur Tengah dimana serangan Israel telah membunuh 30 ribu rakyat Palestina sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Protes dilakukan sejumlah karyawan melakukan aksi protes di kantor Google di New York dan Sunnyvale, California pada Kamis, 18 April 2024.
Protes utamanya mengecam kontrak Google dengan pemerintah Israel terkait layanan komputasi Cloud.
BACA JUGA:Google PHK Ratusan Karyawannya, Tim Google Assistant, Pixel dan Fitbit Kena Imbas
Pemecatan tersebut terjadi setelah sembilan karyawan ditangkap karena masuk tanpa izin ke dua kantor tersebut.
Google dengan tegas menyatakan bahwa tindakan protes seperti aksi duduk selama 10 jam tersebut melanggar kebijakan perusahaan, yang melarang penghalangan pekerjaan karyawan lain dan mengakses fasilitas perusahaan.
“Tindakan menghalangi pekerjaan karyawan lain secara fisik serta mencegah akses mereka ke fasilitas perusahaan merupakan suatu pelanggaran terhadap kebijakan perusahaan. Perilaku semacam itu dianggap tidak dapat diterima dan bertentangan dengan norma-norma yang telah ditetapkan,” ucap juru bicara Google.
Konflik antara manajemen Google dan aktivis karyawan tidaklah baru, terutama terkait dengan proyek-proyek seperti Project Nimbus, yang melibatkan kontrak senilai miliaran dolar antara Google dan Amazon untuk menyediakan layanan Cloud kepada pemerintah Israel.
Perselisihan ini semakin memanas sejak terjadinya perang di Gaza pada bulan Oktober.
BACA JUGA:Google Luncurkan Bard, Kecerdasan Buatan Pesaing ChatGPT
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: