Bioskop Kampus 2024 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Bahas Sinematografi Film Kartini

Bioskop Kampus 2024 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Bahas Sinematografi Film Kartini

Suasana nonton bareng film Kartini dalam acara Bioskop kampus 2024 yang digelar Uiversitas Katolik Widya Mandala Surabaya menjelang Hari Kartini 2024. -Moch Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Setiap manusia: perempuan dan laki-laki, orang biasa dan ningrat, tua dan muda, memiliki hak yang sama. Kartini adalah wanita yang lantang menyuarakan itu. Film adalah salah satu cara untuk membagikan nilai-nilai hidupnya kepada masyarakat Indonesia.

Sosoknya sudah tiada. Tapi, jiwa kebebasan dan kesamaan hak masih terpatri hingga kini. Spirit Raden Ajeng Kartini bersemayam dalam diri setiap perempuan Indonesia.

Maka, penting untuk kembali mengingat-ingat segala perjuangannya di era kolonial. Film pun menjadi medium yang menarik untuk mengenang jasa pahlawan emansipasi wanita tersebut. Yakni, Kartini (2017).

BACA JUGA: Biografi R.A Kartini, Pahlawan Nasional Pejuang Emansipasi Wanita

Menjelang Hari Kartini, Bioskop Kampus 2024 memutarkan film karya Hanung Bramantyo itu pada Jumat, 19 April 2024. Sekitar 130 mahasiswa dari berbagai universitas se-Surabaya nonton bareng di Auditorium 301 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Bincang-bincang hangat bersama sinematografer film Kartini yakni Fauzan Rizal yang dipandu Yoseph Maygel. -Moch Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Turut berlangsung pula sharing session bersama Faozan Rizal sinematografer Kartini. Dipandu oleh moderator Yoseph Maygel, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) UKWMS 2021.

Film Kartini bercerita tentang perjuangan Kartini (Dian Sastrowardoyo) untuk menyetarakan hak kaum perempuan, baik ningrat maupun orang biasa.

BACA JUGA: Nobar di XXI Royal Plaza, Aktor Film Dua Hati Biru Ikut Rasakan Emosi Penonton

Sebab, Kartini yang anak bupati terkukung oleh budaya kolot yang turun-temurun. Sang ibu Ngasirah (Christine Hakim) menjadi wanita terbuang di rumahnya karena merupakan orang biasa. 

Pada zamannya, perempuan dipingit, tidak bersekolah, dan hidup hanya untuk dinikahi serta melayani lelaki. Tak peduli bila lelaki itu telah memiliki banyak istri.

Kartini muak. Dia berjuang bersama adik-adiknya: Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita). Kartini lalu membangun sekolah untuk kaum miskin, membuka lapangan kerja pahatan dengan warga Jepara, dan menjalin pertemanan dengan orang Belanda.

BACA JUGA: 5 Sikap RA Kartini yang Bisa Diteladani dan Diterapkan dalam Keseharian

Perlawanannya tidak mudah, tetapi dia tidak menyerah. Bahkan ketika akhirnya dia menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Sebagai sebuah film, ketangguhan Kartini tidak hanya ditonjolkan dari dialog. Tetapi juga secara visual.

Faozan Rizal pun membagikan cerita-cerita produksi Kartini dari sudut pandang sinematografi. Faozan mengungkapkan bahwa dia membedah satu per satu adegan dalam naskah.
Penyerahan plakat tanda terima kasih kepada Faozan Rizal dan Yoseph Maygel dari Putra Aditya Lapalelo (kiri). -Moch Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: