Pemimpin Negarawan

Pemimpin Negarawan

ILUSTRASI pemimpin negarawan.--

Praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) masih menjadi masalah yang merajalela di berbagai lapisan pemerintahan dan lembaga negara. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara serta praktik nepotisme dalam penempatan jabatan menjadi bukti nyata bahwa integritas dan moralitas pemimpin sering kali dipertanyakan. 

Sementara itu, beberapa pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas yang diharapkan, tetapi masih terdapat banyak kasus bahwa kepentingan pribadi atau golongan lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat secara keseluruhan. 

Lebih ironis lagi, mereka sering kali menggunakan retorika antikorupsi sebagai alat untuk menarik dukungan, padahal dalam praktiknya mereka justru menjadi bagian dari sistem korup yang mereka klaim akan mereka lawan. 

Selain itu, fenomena hadirnya politikus karbitan dalam kepartaian yang hanya mengandalakan popularitas makin menunjukkan bahwa mereka hanya menjadikan partai politik sebagai batu loncatan untuk memperoleh penghasilan, bukan pengabdian sebagai seorang pemimpin yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap bangsa, negara, bahkan kepada Tuhannya.

 

SOLUSI PEMECAHAN

Solusi untuk menghasilkan pemimpin yang memiliki karakter negarawan hanya dapat dicapai melalui internalisasi nilai-nilai moral. Hal itu karena kehilangan idealisme seorang pemimpin negarawan bermula dari degradasi moral. 

Moral harus menjadi inti dari seorang pemimpin dan menjadi pondasi dari segala kebaikan. Ketika memiliki moral yang baik, seorang pemimpin akan menjadi profesional, tetapi sebaliknya tidak selalu terjadi.

Selain itu, seorang pemimpin harus dapat menjaga konsistensi moral dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu melibatkan penerapan nilai-nilai, prinsip, dan keutamaan yang diajarkan oleh agama dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan, hubungan pribadi, dan keterlibatan sosial. 

Dalam situasi sulit, kita dapat merujuk kepada ajaran agama dan mempertimbangkan nilai-nilai yang ditekankan agama tersebut. Dengan melakukan hal itu, kita dapat menjaga konsistensi moral dan membangun integritas diri yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Solusi tersebut harus diawali dari pemimpin yang paling tinggi tanpa terkecuali.

Meski tantangan besar dihadapi, harapan untuk memiliki pemimpin negarawan di Indonesia tidak boleh padam. Kita yakin masih ada di antara pemimpin kita yang berkarakter negarawan. 

Kita perlu terus memperjuangkan nilai-nilai moralitas dan etika dalam kepemimpinan serta menuntut para pemimpin untuk berbuat sebagai pemimpin negarawan. 

Hanya dengan demikian, kita dapat membangun negara Indonesia menuju bangsa yang sejahtera dan bermoral di bawah navigasi seorang pemimpin negarawan. (*)   

 


Siswanto, kandidat doktor di Program S-3 Pengembangan SDM, Universitas Airlangga, Surabaya. --

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: