Pemimpin Negarawan
ILUSTRASI pemimpin negarawan.--
Pemimpin negarawan itu ibarat seorang kesatria. Hidupnya dipakai tidak untuk meraih jabatan, tapi untuk menjaga kehormatan perbuatannya. Seorang pemimpin negarawan akan bernilai teramat kecil jika yang dianggap penting hanyalah materi dan kekuasaan serta mengabaikan nilai terpenting dalam hidup seorang kesatria, yaitu ”kehormatan”.
BACA JUGA: Mahfud MD Negarawan Trias Politica, Ini Faktanya
ADAKAH PEMIMPIN NEGARAWAN SAAT INI?
Tidak akan pernah terwujud hal-hal besar jika kita hanya memiliki pemimpin-pemimpin yang berkarakter lemah dan bernilai kecil. Kelak akan terwujud sebuah kejayaan bila kita telah memiliki pemimpin negarawan sebagai kesatria-kesatria berkarakter besar yang kuat menjaga kehormatan dirinya.
Pertanyaannya, apakah masih ada pemimpin negarawan di antara para pemimpin di Indonesia saat ini? Ataukah era pemimpin yang mengutamakan kepentingan negara di atas segala-galanya telah berlalu? Siapakah figur pemimpin yang sepadan dengan para pahlawan masa lampau?
Mereka yang berjuang merebut kemerdekaan dengan mengorbankan harta bahkan nyawa tanpa pamrih. Seperti figur yang lain, adakah pribadi negarawan seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Dailama, atau Mother Teresa di Indonesia saat ini?
Ketika kita meninjau panorama politik saat ini, tampaknya makin sulit untuk menemukan sosok yang memenuhi kriteria pemimpin negarawan. Jawaban tersebut masuk akal karena idealisme kepemimpinan yang diharapkan dari seorang pemimpin negarawan sering bertentangan dengan realitas politik dan tekanan yang dihadapi dalam dunia nyata.
Dalam konteks ini, ada beberapa aspek paradoks yang muncul akibat pemahaman yang sempit tentang apa dan bagaimana idealnya sebagai seorang pemimpin.
Di tengah persaingan politik yang makin ketat, banyak pemimpin politik yang terjebak dalam dinamika kekuasaan dan politik partai, yang mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan tertentu daripada kepentingan nasional secara keseluruhan.
Tidak jarang kita melihat figur-figur yang mencalonkan diri sebagai pemimpin dengan motivasi hanya untuk memperoleh kekuasaan dan segala fasilitas yang melekat padanya.
Mereka berlomba-lomba menarik perhatian publik dengan janji-janji manis, tetapi sering kali tanpa dasar yang kuat atau rencana yang jelas untuk mewujudkannya.
Bagi mereka, politik hanyalah sebuah ajang untuk memperoleh keuntungan dan kekuasaan pribadi, tanpa memedulikan dampaknya bagi masyarakat secara keseluruhan.
Fakta lain, kita dapat melihat bagaimana beberapa pemimpin atau calon pemimpin lebih memilih untuk mengadopsi strategi politik yang menghasut perpecahan dan ketegangan daripada membangun kesatuan dan persatuan di tengah masyarakat yang beragam.
Mereka menggunakan isu-isu sensitif seperti suku, agama, atau etnis sebagai alat untuk memperoleh dukungan politik, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi stabilitas dan harmoni sosial.
Selain itu, kecenderungan para pemimpin atau calon pemimpin untuk mengejar keuntungan pribadi juga tecermin dalam perilaku korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: