Harga Baterai di Dunia Turun Drastis Selama 15 Tahun Terakhir

Harga Baterai di Dunia Turun Drastis Selama 15 Tahun Terakhir

Salah seorang pemudik yang mengisi daya listrik di mobil listriknya. --Media PLN UID Jawa Timur

HARIAN DISWAY - Harga baterai di dunia kurang dari 15 tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 90 persen. Hal itu tertuang dalam laporan berjudul: Batteries and Secure Energy Transitions.

Dalam analisis komprehensif pertama terhadap keseluruhan ekosistem baterai dari Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA).

Penurunan harga tersebut menjadi salah satu yang tercepat di antara teknologi energi ramah lingkungan. Dalam catatan tersebut, jenis baterai yang paling umum digunakan berbahan dasar lithium-ion. Biasanya digunakan di barang elektronik.

BACA JUGA: Indonesia Bakal Punya Pabrik Batrai Kendaraan Listrik

Saat ini sektor energi menyumbang lebih dari 90 persen dari keseluruhan permintaan baterai. Di 2023 saja, penggunaan baterai di sektor ketenagalistrikan meningkat lebih dari 130 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sehingga menambah total 42 gigawatt pada sistem kelistrikan seluruh dunia. Murahnya baterai juga mengerek penjualan mobil listrik. Pada 2023, 14 juta kendaraan listrik terjual.

Padahal pada 2020, hanya 3 juta kendaraan listrik yang terjual. Diperkirakan, angka tersebut akan terjadi pertumbuhan yang kuat di tahun-tahun mendatang.

BACA JUGA: Sengkarut Subsidi Sepeda Motor Listrik Indonesia, Diler Tak Mampu Tanggung Subsidi Rp 7 Juta

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, baterai akan menjadi penopang utama pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik. Sektor ketenagalistrikan dan transportasi merupakan dua pilar utama dalam menurunkan emisi dengan cukup cepat.

"Tentu untuk memenuhi target yang disepakati pada COP28. Serta tetap membuka kemungkinan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius,” katanya.

Dalam KTT iklim COP28 di Dubai tahun lalu, negara-negara sepakat untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030. Negara-negara juga sepakat meningkatkan efisiensi energi sebanyak dua kali lipat.

BACA JUGA: Nilai Rupiah Melemah, Pemerintah Naikkan BI Rate hingga 25 bps, Airlangga Paparkan Alasannya

Sambil bertransisi dari bahan bakar fosil yang merusak iklim. Urgensi baterai Energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) mempunyai sifat yang intermittent.

Artinya, produksi listrik dari PLTS dan PLTB sangat bergantung terhadap cuaca seperti banyaknya intensitas sinar matahari atau kencangnya angin. Karena itulah, dibutuhkan penyimpanan energi listrik yang diproduksi dari kedua pembangkit tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: