Selama Kuartal Pertama, Bank Central di Dunia Banyak Menimbun Emas
Pramuniaga menunjukkan emas batangan Aneka Tambang (Antam) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur.-ANTARA FOTO-Ari Bowo Sucipto.-
HARIAN DISWAY - Selama kuartal pertama tahun ini, bank sentral di berbagai negara banyak menimbun emas. Saat itu, harga emas memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan data World Gold Council, pembelian emas oleh bank sentral pada kuartal 1-2024 (net buy) mencapai 290 ton. Setara dengan 9,23 juta troy ounce dan memecahkan rekor all time high yang pernah terjadi pada kuartal satu tahun lalu.
Bank sentral Turki, Tiongkok dan India keluar sebagai bank-bank sentral yang paling banyak memborong emas.
BACA JUGA: Cadangan Devisa Indonesia April Turun Dari Bulan Sebelumnya, Ini Penyebabnya...
People Bank of China (PBOC), bank sentral Tiongkok, bahkan tanpa henti terus menambah cadangan emasnya selama 18 bulan berturut-turut. Sampai April lalu. Meski kenaikan harga emas belakangan memperlambat laju pembelian mereka.
Sejak 2022, PBOC menjadi bank sentral dengan pembelian emas batangan paling semangat. Padahal, situasi dunia sedang dihadapkan pada krisis geopolitik di Eropa. Memicu lonjakan harga komoditas. Kemudian diikuti inflasi global yang terbang tinggi.
Melansir Bloomberg News, Kamis 9 Mei 2024, PBOC tercatat memborong 60.000 troy ounce atau sekitar 1,86 ton emas selama April. Di bulan sebelumnya, bank ini membeli sebanyak 160 ribu troy ounce dan Februari sebanyak 390 ribu troy ounce.
BACA JUGA: Sepatu Bata Tinggal Cerita
Lonjakan harga emas sejak pertengahan Februari, dengan memecahkan level harga tertinggi sepanjang masa, sepertinya menahan animo Tiongkok dalam memborong logam mulia.
Bank sentral cenderung menjadi pembeli strategis jangka panjang. Serta pembelian emas batangan oleh institusi di pasar negara berkembang masih akan terus berlanjut, menurut Goldman Sachs Group Inc.
“Bank-bank sentral negara berkembang mendorong demam emas,” tulis peneliti Goldman dalam sebuah catatan. Kepemilikan emas batangan masih setara 6 persen dari total cadangan devisa di bank sentral negara berkembang.
BACA JUGA: Harga Acuan Pembelian Naik, Harga Gula Tetap Melambung
Setengah dari cadangan di pasar negara maju. Emas juga didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor Asia. Terutama di Tiongkok. Minat terhadap emas semakin tajam karena kinerja ekonomi yang buruk dan pasar yang lesu.
Meningkatnya risiko geopolitik di tengah konflik di Ukraina dan Timur Tengah juga mendorong pembelian aset safe haven. World Gold Council mencatat, permintaan emas pada kuartal pertama tahun ini -tidak termasuk permintaan OTC (over the counter)- turun 5 persen year-on-year (yoy) menjadi 1.102 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: