Cheng Yu Pilihan Pelukis dan Tenaga Ahli di Perusahaan Engineering Consultant Sudiyanto Pandji Wiryo Atmodjo: Zhi Gong Wu Si
Cheng yu pilihan pelukis dan tenaga ahli di perusahaan engineering consultant Sudiyanto Pandji Wiryo Atmodjo: zhi gong wu si. -HARIAN DISWAY-Dokumen pribadi
HARIAN DISWAY - Dalam hidup, tak boleh hanya meminta. Tapi juga memberi. Dalam memberi, seseorang harus menganggap apa yang dilakukan sebagai perwujudan bakti.
Dalam kategori yang demikian, tak ada pamrih. Semua harus dikerjakan dengan tulus dan ikhlas. Sebab demi kepentingan banyak orang. Sebagaimana Cheng Yu yang disadur dari petuah Xun Kuang.
Filsuf besar yang lahir sekitar 3 abad sebelum Masehi, kita mesti "至公无私" (zhì gōng wú sī): sepenuh hati berbuat untuk khalayak tanpa sedikit pun ada kepentingan pribadi atau pamrih di dalamnya.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Lead Pastor GBI ROCK Surabaya Daniel Yanuar: Lü Ren Dao Yi
Prinsip hidup itu dipegang Sudiyanto Pandji Wiryo Atmodjo dengan berangan-angan yang tinggi bagi sejarah peradaban Indonesia. Yang ia namakan sebagai salah satu tugas penting dari leluhur.
Yakni berkontribusi untuk melestarikan sejarah Majapahit. “Saya tak ingin itu dilupakan bangsa ini,” katanya. Memang, Pandji belum menemukan jalan untuk mewujudkannya.
Namun, dalam setiap hal yang ia lakukan, ia berusaha untuk menempatkannya sebagai impian dan harapan yang besar. Dalam ide Pandji, akan tercipta Jejak Visual Wilwatikta.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Presenter Rebecca Zeller: Shi Zai Ren Wei
Yaitu sebuah galeri atau museum yang di dalamnya berisi lukisan sejarah Majapahit. Selain untuk melestarikan sejarah, keberadaan Jejak Visual Wilwatikta itu akan meneguhkan jati diri bangsa ini yang sebenarnya. Begitu pula dengan setiap orang.
Harus menjadi dirinya sendiri. Inilah salah satu pesan yang ia dapatkan dari leluhur yang masih ia ugemi sampai sekarang. "Selain menjadi diri sendiri, kita jangan pernah merusak alam, dan berpeganglah pada bisikan hati nurani". Demikian bunyi pesan leluhurnya itu.
Dari pengalaman hidupnya, pria kelahiran Kediri, 26 April 1952, itu merasakan sisi positifnya dengan menjadi diri sendiri. Saat bekerja di perusahaan properti pada 1980-an, kariernya terus menanjak.
Pada 1986, sarjana teknik itu diberi kepercayaan untuk menjadi pimpinan. “Ketika saya dinilai makin berhasil, justru saya ditambah tugas lagi memimpin dua perusahaan lain. Itu dalam waktu bersamaan,” bebernya.
Pelajaran menjadi diri sendiri itu secara langsung ditempa oleh eyangnya sendiri. Suatu ketika ia ingin punya kesaktian seperti yang eyangnya punyai. “Sehingga saya berguru kepada seseorang, bahkan sampai pergi ke Banten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: