Rumuskan Tata Kelola tentang Kedaulatan Bangsa terhadap SDA, Semangat Asia Afrika Kembali ke Surabaya

Rumuskan Tata Kelola tentang Kedaulatan Bangsa terhadap SDA, Semangat Asia Afrika Kembali ke Surabaya

Diskusi bersama dua orang tamu kehormatan. Yakni Profesor Darwis Khudori dari Universite Le Havre Perancis dan Profesor Isaac Bazie dari Quebec Montreal Kanada. --Didik Sasono Setyadi

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pada 26-27 Mei 2024, saya menerima dua orang tamu kehormatan. Yakni Profesor Darwis Khudori dari Universite Le Havre Perancis dan Profesor Isaac Bazie dari Quebec Montreal Kanada. Bersamanya kami membahas isu ketahanan pangan dan energi.

Ada yang menarik tentang kedua orang ini. Mereka menjadi intelektual akademisi di kampus-kampus di luar negeri meskipun keduanya tidak berasal dari kedua negara yang mereka tinggali saat ini. 

Prof. Darwis adalah orang Indonesia asal Yogyakarta. Prof. Isaac adalah orang Burkina Faso, sebuah negara miskin di Afrika Barat. Kami -Prof. Darwis, Prof. Isaac, saya- dan tentunya banyak lagi, kebetulan mayoritas adalah kaum akademisi bertemu dan akhirnya bersepakat untuk terikat dalam satu tekad.

BACA JUGA: Identitas Budaya Masyarakat Jawa Kuno: Sebuah Tradisi Kulineran dalam Prasasti Masahar

Kami menggemakan kembali Spirit Rise of Asia and Africa sebagaimana telah digaungkan oleh tokoh-tokoh Asia-Afrika melalui Konperensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. 


Dalam kunjungan dua profesor ke Indonesia -khususnya ke Surabaya- digelar isu ketahanan pangan dan energi saat makan malam di Hotel Elmi Surabaya. --Didik Sasono Setyadi

Alasannya, antara lain karena kami percaya bahwa masa depan dunia ada di Asia dan Afrika, karena segala potensi sumber daya ada di Asia dan Afrika termasuk dengan segala permasalahannya.  

Salah satu permasalahan yang menjadi tantangan berat adalah ketahanan pangan. Menurut catatan dari FAO (Organisasi Pangan Dunia) pada 2021 lalu sekitar 700 sampai 800 juta jiwa di dunia menghadapi bahaya kelaparan dan/atau kekurangan gizi.

BACA JUGA: Mengangkat Jaran Kepang dalam Identitas Lokal: Pemuda sebagai Penjaga Tradisi

Ancaman tersebut bahkan meningkat lebih dari 40 juta jiwa dibandingkan dengan kondisi 2020. Penambahan angka bahaya kelaparan dan malnutrisi terbesar-kurang lebih 150 juta jiwa- terjadi akibat adanya Covid-19. 

Yang sangat patut menjadi perhatian kita semua yang tinggal di Asia, ternyata lebih dari separo angka kelaparan dan kekurangan gizi itu dialami oleh orang-orang yang tinggal di Asia. Sepertiganya lagi tinggal di Afrika. Sisanya tersebar di benua Amerika-khususnya Amerika Latin- dan sebagian Eropa. 


Dalam pertemuan pada 26-27 Mei 2O24, digemakan kembali Spirit Rise of Asia and Africa sebagaimana telah digaungkan oleh tokoh-tokoh Asia-Afrika melalui KAA di Bandung pada 1955. --Didik Sasono Setyadi

Hal ini disebabkan oleh karena sebaran penduduk di dunia sebagian besar berada di benua Asia yang juga akan diikuti oleh ledakan jumlah penduduk di Afrika. Padahal sesungguhnya Asia dan Afrika adalah benua dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa termasuk potensi pangannya.

BACA JUGA: Eksistensi Tarian Kagura dari Kota Matsumae di Hokkaido yang Jadi Perjuangan Kesinambungan Budaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: