Setengah Kota Tua

Setengah Kota Tua

ILUSTRASI setengah Kota Tua Surabaya. Setengah tua karena jalannya masih beraspal, bukan berbatu layaknya jalan di masa lampau.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Belum ada yang baru untuk jalan Slompretan, Jalan Coklat, Jalan Karet, dan Jalan Kalimas Selatan. Padahal, jalan itu masuk Zona China Kota Tua.  Hanya tampak petugas PLN yang sedang menggarap jaringan listrik ke dalam bawah tanah.

Bagaimana dengan Zona Arab? Saya tidak sampai masuk ke Langgar Gipo yang baru saja diresmikan revitalisasinya. Namun, Jalan Mansur yang semestinya menjadi wajah utama Zona Arab juga masih menggunakan aspal biasa.

Yang baru, tak ada lagi penjual barang-barang bekas yang sempat memenuhi jalan tersebut. Jalur pedestrian telah dibangun di sisi kiri dan kanan. Namun, desain antara sisi kiri dan kanan tampak tak sama.

Dari Jalan Mas Mansur, saya masuk ke Jalan Benteng, terus ke Jalan Kalimas Barat. Sungguh sisi kanan dan kiri Jalan Kali Mas ini rupanya belum banyak disentuh. Apalagi, Sungai Kalimas di beberapa titik masih tampak kotor.

Rupanya, revitalisasi masih lebih banyak terpusat di sekitar Jembatan Merah. Toh demikian, ini sudah merupakan langkah kemajuan. Ada gagasan, ada kegiatan, dan ada tekad untuk menjadikan Kota Tua sebagai pusat kota baru.

Tinggal membutuhkan inovasi baru untuk mengisi wahana baru di Kota Tua. Dengan demikian, wisatawan tak hanya disuguhi bangunan-bangunan kuno, tapi juga bisa memenuhi kebutuhan lainnya.

Saya pernah mengunjungi Kota Praha. Kota kuno dekat dengan Jerman. Itulah kota yang sering disebut sebagai Jantung Sejarah Eropa. Mengunjungi ibu kota Cekoslowakia itu ibarat mengarungi sejarah Eropa kuno sampai modern.


KASTEL di Praha, ibu kota Ceko. Kota kuno itu dekat dengan Jerman.-Arif Afandi untuk Harian Disway-

Di jantung kota tuanya terdapat pelataran luar dengan lantai batu. Di sekelilingnya berdiri kastel dan museum serta galeri. Juga, ada jam astronomi dan menara TV kuno. Tanah lapang seperti alun-alun itu menjadi titik temu dan ruang publik yang ramai setiap saat. 

Menara jam yang dibangun pada abad ke-15 itu menjadi destinasi sendiri. Setiap saat orang berkerumun hanya untuk melihat jam yang menjadi simbol kemajuan pengetahuan di zamannya itu berbunyi.

Lorong-lorong di sekitarnya sangat indah. Bau makanan tradisional Ceko merebak di setiap sudut lorong. Seperti orang jualan pentol bakso di kios-kios kecil di sini. Lorong yang tetap bersih dengan kanan kiri kios makanan dan suvenir. 

Hampir setiap kota tua di berbagai negara selalu ramai karena ada tiga unsur. Eksotisme lanskapnya, event atau pertunjukan yang jadi andalannya, dan tempat belanja serta makan tempat menjajakan kebanggaan lokalnya.

Tanpa tiga unsur tersebut, agak susah mendatangkan orang yang mau mengunjunginya. Kalau perlu, diciptakan mitos-mitos baru yang bisa menggaet orang untuk datang.

Di Roma, misalnya, ada kolam di tengah kota yang kalau kita melempar koin ke dalamnya kelak akan kembali ke sana. Jelas itu mitos yang diciptakan entah sejak kapan. Masak melempar koin membuat kita kembali?

Bisa saja wahana yang sesungguhnya gampang sekali dibuat. Di Belgia ada patung anak kecil yang sedang pipis yang selalu ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Patung itu ada di sudut jalan. Bayangkan, ke Belgia hanya lihat patung anak kecil pipis?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: