Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina

Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina

Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi naskah dan seri monolog seri ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina. Para penulis Di Tepi Sejarah memaparkan naskahnya masing-masing. Terdapat 14 tokoh yang yang dibukukan dan 5 rangkaian monolog seri ketiga.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY

Monolog itu disutradarai langsung oleh cicit Oto Nia Dinata. Sutradara yang juga aktor populer itu menyampaikan pendapatnya melalui tayangan video. 

"Nenek buyut saya RA Soekirah meninggal ketika saya SMA. Beliau adalah sosok yang kuat, tegas, dan sangat berprinsip. Jadi pengalaman penyutradaraan ini saya persembahkan untuk kakek dan nenek buyut saya," ungkapnya.

Bagi Nia, nenek buyutnya itu meski bertahun-tahun tak mendengar kabar tentang suaminya, dia masih berharap bahwa Oto belum meninggal. Tapi di depan anak-anaknya, RA Soekirah selalu terlihat kuat. "Saya ingin menanamkan karakter itu pada sosok RA Soekirah yang diperankan Maudy Koesnaedy," ujarnya.

BACA JUGA:Angkat Cerita Tentang Kesehatan Mental, Teater Crystal Gelar Pentas Studi 2023 Bertema Kita Manusia

Maudy berkisah bahwa awalnya dia mengira tokoh yang diperankannya adalah orang Sunda. "Oto Iskandar Di Nata kan orang Sunda. Saya awalnya senang. Wah, sunda-sundaan, nih. Tapi setelah dibaca data-datanya, RA Soekirah ternyata orang Jawa," ungkapnya, lalu sedikit cemberut dengan memegang kedua pipinya.

Dia melanjutkan, "Untungnya Nia adalah sutradara yang memang dekat secara personal dengan sosok beliau. Jadi Nia benar-benar mampu mengarahkan saya. Berperan sebagai perempuan Jawa," tambahnya.

Saat Maudy membaca naskah RA Soekirah yang ditulis Ahda, dia sempat menangis. Mengingat perjuangan tokoh tersebut yang selalu berharap suaminya kembali, tapi di sisi lain harus tetap tegar demi kedua belas anaknya.

BACA JUGA:“Dibungkam” Bicara Politik di Pentas Teater, Butet Kartaredjasa: Intimidasinya Lewat Surat, Bukan Fisik

"Saya nangis, tuh. Benar-benar sedih. Tapi Nia kembali mendorong saya untuk menampilkan sosok RA Soekirah yang kuat. Karakter yang tegas dan tangguh. 'Bukan! Nenek Soekirah bukan orang yang gampang nangis seperti itu! Nenek orang yang tegas'. Begitu katanya," ujarnya.

Selain monolog tentang istri Oto, terdapat karya lain yang berjudul Tirto: Tiga Pengasingan. Naskah itu ditulis oleh Ibed S Yuga. Disutradarai oleh tokoh sastra Putu Fajar Arcana. Naskah itu bercerita tentang sosok Tirto Adhi Soerjo, tokoh pers pada masa Pergerakan Indonesia.


Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi naskah dan seri monolog seri ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina. Ari Sumitro, pemeran Tirto Adhi Soerjo dalam naskah Tirto: Tiga Pengasingan memaparkan karakternya dalam monolog tersebut.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY

Menurut Putu, monolog tersebut naskahnya dianggit berdasarkan biografi dan berbagai data kumpulan karya-karya Tirto semasa hidup. "Tirto: Tiga Pengasingan menyelisik tiga masa dalam riwayat hidup tokoh perintis pers Indonesia tersebut sebagai kisah pengasingan," ungkapnya.

BACA JUGA:Protes Teater Api Indonesia lewat Lakon Dinasti Bulldog; Meruntuhkan yang Bar-Bar

Aktor Tirto: Tiga Pengasingan diperankan oleh Ari Sumitro. Dalam tayangan video yang ditampilkan, tampak Ari dirias dan didandani dengan pakaian Jawa, seperti pakaian para priyayi era kolonial.

Kumis tebal dengan blangkon. Ia cukup mirip dengan potret asli Tirto semasa hidup. Menurut Ari, ia mendalami peran tersebut dan mencoba menyelami sosoknya melalui tiga fase pengasingan yang pernah dialami Tirto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway