Nujum Pangan Seniman

Nujum Pangan Seniman

KARYA SENI yang tipamerkan di ArtJog 2024. Masih banyak lainnya. Kali ini menagmbil tema Motif: Ramalan. Seniman seolah menjadi ahli nujum pangan Nusantara,-Arif Afandi untuk Harian Disway-

ARTJOG tahun ini mengandung hal menarik. Sebab, begitu masuk arena pamer karya, pengunjung langsung disuguhi tema seni instalasi tentang pangan. Seni tentang padi yang menjadi makanan pokok bangsa ini.

Juga, karya-karya 800 anak yang terpilih ikut pameran di Lebaran seni di Jogja itu. Beberapa karya anak yang dipamerkan memiliki imajinasi seperti yang dirisaukan orang dewasa. Misalnya, soal korupsi dan semacamnya.

Mengambil tema Motif: Ramalan, ArtJog kali ini seperti lebih membumi. Berbagai seniman yang terpilih mengisi event tahunan itu dipersilakan mengangkat sejarah dan mengimajinasikan pengetahuannya dalam menggambar masa depan.

BACA JUGA: Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

BACA JUGA: Lebaran Seni Artjog

Karena itu, ketika di bangunan khusus yang menjadi beranda ArtJog, Agus Suwage dan Titarubi mengangkat tanaman padi sebagai material seni instalasinya, saya sedikit tercengang. Beginikah ramalan sang seniman tentang komoditas itu?

Saya tidak bertemu dengan senimannya ketika mengunjungi ArtJog. Namun, penggagas ArtJog Hery Pemad mengungkapkan bahwa Motif: Ramalan lebih terkait tentang harapan kepada masa depan. Bukan menjadikan seniman sebagai dukun atau peramal atau ahli nujum.

Setiap tahun ArtJog memilih seniman yang mengisi fasad commission art work. Itu semacam beranda dari sebuah pameran. Atau, ruang utama yang memberikan makna akan tema yang diangkat. Menjadi highlight terhadap seluruh kontennya. Semacam lead dalam penulisan berita.

BACA JUGA: Semarak Halal Bihalal Seniman dan Musisi Anggota SEC dan SPJ

BACA JUGA: ArtJog Lagi, Kapan ArtBaya?

Tahun ini sepasang suami istri seniman yang terpilih. Agus Suwage dan Titarubi. Keduanya mengembangkan bakat seninya di ITB Bandung. Agus di studio desain grafis, fakultas seni rupa dan desain. Sedangkan Tita di studio keramik di fakultas yang sama. Pasangan seniman itu menetap di Yogyakarta. 

Keduanya menghadirkan karya instalasi berjudul Suara Keheningan. Menghadirkan karya yang kompleks dalam sebuah lorong tertutup berisi suara, objek-objek trimarta, gambar, benih, tanaman, dan bulir padi. Keduanya menggabungkan organisme hidup dengan wahana yang menghasilkan keheningan.

Pasangan seniman itu mengisi tujuh ruangan dengan karya keduanya. Agus Suwage menghadirkan objek telinga di semua ruangan. Menurut kurator ArtJog, objek telinga di tujuh ruangan itu merepresentasikan ruang sosial yang ”toleran” terhadap kebisingan dan lenyapnya keheningan.

BACA JUGA: Sindir Rusaknya Demokrasi, Seniman DIY Gelar Aksi Teatrikal Bertema Sekolah SD: Ada Pelajaran Mengubah Konstitusi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: