Kisah Mayat Digerogoti Biawak di Bantargebang

Kisah Mayat Digerogoti Biawak di Bantargebang

ILUSTRASI kisah mayat digerogoti biawak di Bantargebang, Jakarta.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Polisi mengeluarkan mayat dari air. Deskripsi mayat: tali melingkari leher, tangannya diikat ke belakang. Sebagian dari tali tersebut, yang diidentifikasi telah dipotong dengan pisau, pernah tersambung ke lehernya. Karena itu, gerakan sekecil apa pun di tangan, pria itu pasti tercekik.

Hasil pemeriksaan patologi, di usus korban tidak ada makanan. Menunjukkan ia kelaparan beberapa hari sebelum dibunuh. 

Awalnya polisi mengira ia dicekik, lalu dibuang ke sungai. Namun, hasil pemeriksaan di paru-paru menunjukkan tanda-tanda tenggelam. Disimpulkan, korban masih hidup saat dijatuhkan ke air.

Korban seorang pengusaha periklanan bernama Dariusz Janiszewski, 35 (saat itu). Ia pernah tinggal di Kota Wroclaw, 60 mil dari TKP. Ia dilaporkan hilang oleh istrinya empat pekan sebelumnya.

Polisi melancarkan penyelidikan besar-besaran. Penyelam skuba terjun ke sungai, mencari bukti. Ahli forensik menyisir hutan. Lusinan rekanan diinterogasi dan catatan bisnis Janiszewski diperiksa.

Berbulan-bulan polisi bekerja serius, tanpa hasil. Setelah enam bulan penyelidikan, polisi menyerah. Investigasi tidak dilanjut. Buntu. Kasus dibiarkan tanpa status. 

Keluarga Janiszewski kemudian  menggantungkan sebuah salib di pohon ek dekat tempat mayat itu ditemukan, sebagai kenangan. Itulah kejahatan sempurna.

Suatu sore pada musim gugur 2003. Detektif Jacek Wroblewski ngantor. Ia baru saja menerima pelimpahan berkas perkara pembunuhan dari divisi kriminal umum. Perkara pembunuhan Janiszewski yang sudah membeku tiga tahun. 

Maka, sore itu ia menyiapkan kopi untuk diri sendiri. Ia membaca berkas tersebut sampai tengah malam. Ternyata penyelidikan memang mentok di jalan buntu.

Malam, sebelum pulang, ia mengunci file itu di brankasnya. Hari-hari berikutnya ia terus mempelajari berkas tersebut. Dibacanya lagi, dan lagi.

Suatu saat, Wroblewski menyadari bahwa ponsel korban Janiszewski tidak pernah ditemukan. Ia berpikir, apakah telepon tersebut dapat dilacak? Ternyata di zaman itu di sana, tidak mungkin. Polandia kalah maju dalam teknologi daripada negara-negara Eropa lainnya. 

Wroblewski tahu, ponsel punya nomor seri dari produsen. Lantas, ia mengerahkan anak buah menemui istri Janiszewski. Minta tanda terima pembelian ponsel tersebut. Ternyata masih ada. Dari situ diketahui nomor seri ponsel korban.

Dari situlah investigasi Wroblewski dimulai. Ia bersama tim kecil browsing internet, mencari jual beli ponsel bekas. Ternyata ponsel dengan nomor seri tersebut pernah dijual seseorang, yang login sebagai ChrisB. Dijual di situs Allegro. Transaksi jual ponsel terjadi empat hari setelah Janiszewski dilaporkan hilang. Persis. Itulah target terduga pelaku.

ChrisB ternyata intelektual Polandia, Krystian Bala, 30 tahun saat itu. Ia bergelar doktor.

Tampaknya tidak masuk akal, pembunuh yang merencanakan kejahatan terencana seperti itu akan menjual ponsel korban di situs lelang internet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: