Menilik Fenomena Bisnis Joki dalam Pendidikan Indonesia (1) : Joki ’’Dinormalisasi’’ sebagai ’’Solusi’’

Menilik Fenomena Bisnis Joki dalam Pendidikan Indonesia (1) : Joki ’’Dinormalisasi’’ sebagai ’’Solusi’’

Ilustrasi bisnis joki tugas yang menjadi momok dalam dunia pendidikan di Indonesia,-Gusti/Harian Disway-

Entah salah siapa. Praktik joki tugas dan skripsi sepertinya sudah mendarah daging dalam sistem pendidikan Indonesia. Mereka masih eksis, bahkan menjadi sebuah bisnis. Ini seperti rahasia umum. Semua pun tahu.

------

MENJAMURNYA bisnis joki tugas dalam dunia pendidikan Indonesia sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial. Memang benar, praktik joki (contract cheating) bukan fenomena baru. Namun, agaknya keliru jika kita terus tutup mata.

Apalagi saat ini, penyedia jasa joki (penjoki) sudah tak malu-malu lagi menampakkan diri di dunia maya. Mereka getol menawarkan jasanya yang beragam. Mulai pengerjaan tugas kuliah, makalah, PPT, sampai joki skripsi.

Kita sepakat. Menemukan penyedia jasa joki sudah begitu mudah. Cukup tuliskan kata kunci “joki tugas” di menu pencarian media sosial Anda. Lalu, berbagai akun joki pun muncul.

BACA JUGA:Tujuh Kampus Swasta Jatim Terancam Tutup

BACA JUGA:LLDIKTI Tak Mau Kecolongan Ijazah Instan Lagi

Biasanya, mereka juga mudah ditemukan di grup-grup mahasiswa. Tak hanya aktif menjajakan jasanya, mereka juga saling berlomba untuk memikat hati calon pengguna dengan tiga kata mantra. Tercepat, termurah, dan tepercaya.


Infografis Bisnis Joki Tugas Dalam Pendidikan Indonesia-Arya Firman/Harian Disway-

Lebih jauh. Demi sebuah testimoni, transaksi antara penjoki dan pengguna jasa joki semakin dipertontonkan secara terbuka. Sungguh miris.

Hal itulah yang disorot oleh Co-Founder What Is Up Indonesia Abigail Limuria. Lewat konten video yang diunggah di media sosial, Abigail mengungkapkan keresahannya akan praktik joki skripsi, yang dinormalisasikan secara terbuka.

“Sampai orang nggak tahu kenapa joki itu salah. Ada yang ditegur terus dia bingung, ’Kak, emangnya joki itu salah, ya? Emangnya joki itu haram ya?’,” tutur Abigail dalam video, dengan nada sedikit kesal saat menceritakan pengalamannya.

Dalam video berdurasi tiga menit tersebut, dia menekankan bahwa praktik joki skripsi itu keliru. Tidak etis dan mencederai dunia pendidikan Indonesia. 

Menurut Abigail, hadirnya bisnis jasa joki tugas dan skripsi tidak terlepas dari permintaan atau demand atas layanan tersebut. “Ada orang-orang oportunis yang, ’Wah ini bisa nih dibikin duit.’ Gitu, kan ya. Karena ada banyak orang yang pengen pakai jasa itu. Ini laku,” terang dia.


Ilustrasi bisnis joki tugas yang laris manis dijajakan via media sosial.--Gencraft

Sementara itu, Ihsan Nur Khotib juga memberikan tanggapan serupa. Dari pengamatannya, mahasiswa kampus negeri di Surabaya itu tak menampik bahwa praktik joki tugas juga terjadi di sekitarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: