Kisah Perseteruan Sekolah Petra dan RW Surabaya yang Berujung Damai

Kisah Perseteruan Sekolah Petra dan RW Surabaya yang Berujung Damai

Ketua RW 4 Perumahan Tompotika, Lilik Aljufri (jilbab merah) sedang berdiskusi dengan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kemeja putih) di kediamannyi, Surabaya, Senin, 5 Agustus 2024.-Mohammad Nurwahyudi-Harian Disway -

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Usai viral di media sosial, perseteruan antara sekolah Kristen Petra Manyar dengan Rukun Warga (RW) soal kenaikan iuran keamanan, berakhir damai. 

Konflik keduanya mendapat sorotan tajam dari warganet. Tak sedikit dari mereka yang melontarkan komentar pedas untuk pengurus RW yang menaikkan iuran dari Rp 32 Juta menjadi Rp 35 Juta.

Publik menilai besaran nominal yang ditetapkan terlalu besar. Tidak wajar. Dugaan RW melakukan pungutan liar (pungli) terhadap sekolah Petra Manyar pun menyeruak.

BACA JUGA:Usai Viral, Perseteruan Sekolah Petra dengan RW Berakhir Damai: Iuran Keamanan Dihapus

Pasca damai, Ketua RW 4 Perumahan Tompotika, Lilik Aljufri langsung memberikan klarifikasi atas tudingan yang dilontarkan. Dia mengaku kecewa dituduh melakukan pungli.

Pertama-tama, Lilik menekankan bahwa iuran keamanan tidak hanya dibebankan kepada sekolah Petra. 3 RW di perumahan Tompotika, yaitu RW 4, 5, dan 7 juga membayar iuran.

Keempat pihak itu membayar iuran yang sama Rp 35 Juta per bulan. Dengan begitu, iuran keamanan yang diterima bendahara perumahan Tompotika sebesar Rp 140 Juta per bulan. 


Suasana kemacetan di sekitar sekolah Petra Manyar saat jam sekolah pulang, Senin, 5 Agustus 2024.-Mohammad Nurwahyudi-Harian Disway -

"Yang viral itu narasinya, Petra menyetor ke kami sebesar Rp 140 juta setiap bulan. Perlu diklarifikasi. Padahal kami, 3 RW di sini, sekaligus Petra (sama-sama, red) membayar iuran," ujar Lilik seusai di kediamannya, Surabaya, Senin, 5 Agustus 2024.

Dia juga menjelaskan alasan di balik penetapan nominal iuran, yang dianggap terlalu besar. Kenaikan ini lantaran pengurus RW ingin menaikan upah petugas keamanan di Kompleks Perumahan Tompotika. 

"Alasan kami menaikkan ke Rp 35 juta karena untuk menaikkan gaji sekuriti, yang sebelumnya digaji Rp 2,7 juta menjadi Rp 3 juta. Nah, itu yang akhirnya menjadi viral di luar dengan narasi kami menerima Rp140 juta,” imbuhnya.

Kini, konflik antara pengurus RW dan sekolah Kristen Petra Surabaya sudah berakhir damai. Ini setelah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengadakan pertemuan dengan pengurus RW Perumahan Tompotika dan perwakilan sekolah Petra Manyar.

BACA JUGA:Perseteruan Sekolah Petra dengan Warga, DPRD Surabaya Minta Pemkot Tegas Tindak Pungli

Iuran yang semula dibebankan terhadap sekolah Petra Manyar telah dihapus. Namun, Petra tetap memiliki kewajiban untuk merawat fasilitas umum di sekitar kawasan sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: