Utang Mensesneg Pratikno kepada KH Anwar Zahid
MENSESNEG Pratikno di UNU Giri, Bojonegoro.-Arif Afandi untuk Harian Disway-
BACA JUGA: Pengutang Bunuh Penagih
Jalan kampung masih berlumpur jika hujan. Belum ada listrik. Pokoknya, secara fasilitas, sangat terbatas dan terbelakang. Anak-anak sekarang mempunyai fasilitas jauh lebih baik daripada dulu.
Seusai lulus SMA di Kota Bojonegoro, ia masuk Fisipol UGM. Setelah itu, melanjutkan ke Birmingham, Inggris, dan menyelesaikan program doktor di Australia.
”Dulu masuk fisipol karena bapak pengin saya jadi sekcam (sekretaris camat),” cerita Pratikno.
Namun, ternyata ia tak pernah menjadi sekcam. Malah menjadi menteri sekretaris negara, jabatan yang bertingkat-tingkat tingginya bila dibandingkan dengan sekcam.
MENSESNEG Pratikno mengunjungi Ponpes At-Tanwir, Bojonegoro.-Arif Afandi untuk Harian Disway-
Di depan para santri itu, Pratikno tampaknya ingin menyemangati mereka bahwa pendidikan adalah jalan penting untuk mengubah jalan hidup. Siapa pun bisa melakukan hal tersebut.
Perjalanannya sebagai orang desa yang terbelakang itu rupanya juga menjadi spirit ”balas dendam” terkait kiprahnya sekarang. Di tengah kesibukannya sebagai orang ketiga RI, ia terus mengembangkan dunia pendidikan dan memajukan daerahnya.
Kepada Kiai Anwar Zahid, ia berjanji membantu mencarikan program pengembangan ponpes yang berdiri sejak 2011 itu. Apalagi, telah ada tambahan lahan yang cukup untuk pengembangan ponpes.
Di Ponpes At-Tanwir, ayah tiga putri itu mengajak Dirut PTPN III Holding (Persero) Mohamad Abdul Ghani dan pimpinan Bank Syariah Indonesia (BSI). Itu karena ada gudang lama yang jadi sarang kelelewar milik PTPN dekat ponpes.
”Kalau musim hujan, baunya sangat mengganggu santri pondok. Kami sudah 34 tahun berusaha untuk mengurus masalah ini. Tapi, belum pernah berhasil,” kata Kia Fuad Sahal, pimpinan ponpes.
Bangunan lama yang sudah menjadi sarang kelelawar (lowo, bahasa Jawa) itu persis berada di depan Ponpes At-Tanwir. Bangunan kuno yang sudah rusak yang berdiri di sebagian lahan 2,5 hektare.
Kehadirannya bersama pejabat BUMN itu ternyata untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di tempat itu pula, persoalan yang sudah berlangsung 34 tahun tersebut terpecahkan.
PTPN Group menyelesaikan bangunan kuno beserta lahannya dan BSI membangun masjid yang lebih layak untuk ponpes tersebut. ”Segera kami garap, Pak Kiai,” kata Ghani.
Di luar itu, Pratikno ternyata juga telah mengurus pengembangan UNU Giri. Kampus milik NU itu akan dikembangkan menjadi universitas milik NU yang unggul di tingkat regional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: