Utang Mensesneg Pratikno kepada KH Anwar Zahid
MENSESNEG Pratikno di UNU Giri, Bojonegoro.-Arif Afandi untuk Harian Disway-
Sebelum ini, guru besar Fisipol UGM tersebut juga menjadi ”panglima” pembangunan UNU Jogja. ”Saya ingin UNU Jogja menjadi unggulan di tingkat nasional, UNU Giri unggul secara regional,” tegasnya.
Di berbagai kesempatan, ia mengaku menjadikan klangenan untuk kegiatannya di luar tugas pokok sebagai mensesneg itu. Ia menjadikan kegiatan itu sebagai hiburan. Apalagi, ia tak punya hobi seperti golf atau tenis.
Kakak kandung calon bupati Bojonegoro Setyo Wahono itu mengaku lega setelah mengunjungi sejumlah ponpes dan UNU Giri. ”Rasanya lega bisa ikut menyelesaikan persoalan yang bertahun-tahun tak selesai,” ungkpanya sambil menghela napas panjang.
Tak banyak pejabat tinggi yang ingat dan mau berbuat banyak dengan daerah tempat ia dibesarkan. Apalagi, hal itu sudah dilakukannya sebelum menjadi orang penting di negeri ini. Saat belum mempunyai kewenangan besar.
Jauh-jauh hari, untuk mendongkrak kemajuan desa-desa di Bojonegoro, ia mendirikan Ademos. Lembaga pemberdayaan masyarakat itu masih berjalan hingga sekarang. Juga, telah mempunyai yayasan keluarga yang bergerak di bidang pendidikan.
Rasanya, kiprahnya untuk Bojonegoro bukan semata ”dendam” akan keterbelakangan daerahnya di masa kecil. Namun, kini telah menjadi ekspresi dari seorang teknokrat jenis baru: sociopreneur technocrat alias teknokrat sosiopreneur.
Ia bukan hanya seorang teknokrat atau ilmuwan yang menjadi pejabat tinggi. Tapi, juga teknokrat yang menggunakan cara bisnis untuk mangatasi masalah bersama. Misalnya, bagaimana ia mengatasi masalah gudang lowo di Ponpes At-Tanwir.
Jangan-jangan ia juga merestui Setyo Wahono menjadi calon bupati Bojonegoro sebagai bagian upayanya ”membayar utang” ke daerah asalnya?
Cara ia melakukan akselerasi memajukan daerah dengan APBD Rp 8 triliun, APBD terbesar kedua di Jatim setelah Surabaya?
Jika itu yang terjadi, warga Bojonegoro perlu mendukung langkah-langkah teknokrat sosiopreneur tersebut. Mendukung perubahan yang lebih besar dengan memanfaatkan sumber daya tokoh asal daerahnya maupun sumber daya fiskal yang dimilikinya.
Who knows? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: