Mendengar Media Digital: Perbincangan Skripsi dan Tugas Akhir
ILUSTRASI Mendengar Media Digital: Perbincangan Skripsi dan Tugas Akhir. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Mayoritas perbincangan didominasi perasaan admiration (46,3%), yang menunjukkan bahwa banyak orang merasa kagum terhadap upaya dan pencapaian mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi atau tugas akhir mereka. Hal itu mencerminkan bahwa masyarakat, terutama di platform media sosial, memberikan apresiasi tinggi terhadap perjuangan dan dedikasi yang ditunjukkan mahasiswa.
Berikutnya, perasaan disgust (25,9%) dan joy (18,4%) juga menempati porsi yang signifikan dalam diskusi ini. Perasaan disgust bisa jadi mencerminkan frustrasi atau ketidakpuasan terhadap proses penulisan skripsi atau tugas akhir yang penuh tekanan dan tantangan.
Sementara itu, perasaan joy menunjukkan momen-momen kebahagiaan dan kepuasan saat mahasiswa berhasil mencapai milestones penting dalam penulisan skripsi atau tugas akhir mereka.
Selain itu, terdapat emosi sadness (7,1%), fear (1,9%), dan anger (0,3%). Emosi sadness dan fear berasal dari tekanan akademis dan ketidakpastian yang dihadapi mahasiswa selama proses penulisan.
Sementara itu, perasaan anger yang sangat rendah menunjukkan bahwa meski ada tantangan, kebanyakan diskusi tidak mengarah pada kemarahan. Dengan memahami distribusi emosi tersebut, institusi pendidikan dan organisasi mahasiswa dapat lebih responsif terhadap kebutuhan emosional mahasiswa.
Mereka dapat memberikan dukungan yang lebih baik melalui program pendampingan, manajemen stres, dan platform diskusi yang lebih positif dan konstruktif, sehingga membantu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi mereka dengan lebih baik.
Platform media sosial yang paling dominan dalam diskusi tentang skripsi dan tugas akhir adalah Instagram, Twitter (X), dan TikTok. Instagram menjadi pilihan utama karena kemampuannya dalam menggabungkan gambar, video, dan cerita yang memungkinkan mahasiswa berbagi pengalaman secara visual dan menarik.
Tagar seperti #skripsi dan #jokiskripsi menjadi populer di Instagram. Sementara itu, sesuai dengan karakteristiknya, Twitter digunakan karena kecepatan dan kemudahannya dalam menyebarkan informasi secara real time, memungkinkan adanya diskusi terbuka tentang tantangan akademik.
Media sosial TikTok dengan format video pendek yang kreatif menarik perhatian mahasiswa yang ingin berbagi cerita atau mencari tip menyelesaikan skripsi dengan cara yang lebih engaging serta video pemasaran bagi joki maupun penolakan pada praktik perjokian. Penggunaan musik dan efek visual di TikTok membuat konten lebih menarik bagi audiens muda (gen Z).
Analisis komunikasi big data mengungkapkan adanya narasi terkait biaya dan komersialisasi dalam skripsi atau tugas akhir. Kata-kata seperti ”juta”, ”joki”, ”biaya”, ”biayanya”, ”uang”, ”harga”, ”testi”, ”murah”, dan ”jasa” menunjukkan bahwa ada tren signifikan penggunaan jasa perjokian dalam menyelesaikan skripsi atau tugas akhir.
Mahasiswa yang kesulitan atau tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan tugas mereka sendiri cenderung mencari bantuan dari pihak ketiga yang menawarkan jasa itu. Fenomena tersebut menunjukkan adanya pasar yang berkembang untuk jasa joki skripsi.
Penyedia jasa pun tidak ragu (takut) untuk menawarkan layanan mereka secara terbuka di media sosial. Temuan itu menyoroti pentingnya bagi pemerintah, kampus, dan dosen untuk lebih memahami dinamika diskusi di media sosial dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Edukasi tentang integritas akademik perlu ditingkatkan melalui seminar dan workshop rutin yang menjelaskan pentingnya kejujuran dalam menyelesaikan tugas akademik. Pengawasan ketat dan penggunaan teknologi antiplagiarisme dapat diterapkan untuk memastikan keaslian karya akademik mahasiswa.
Penugasan yang kreatif dan berbasis proyek dapat mengurangi ketergantungan mahasiswa pada jasa joki karena tugas-tugas tersebut memerlukan keterlibatan langsung dan pemikiran kritis. Untuk mengatasi praktik joki di kampus, pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai aspek dari sistem pendidikan sangat diperlukan.
Kampus perlu menerapkan kebijakan dan regulasi yang tegas mengenai integritas akademik. Kebijakan itu harus mendefinisikan dengan jelas kecurangan akademik dan termasuk sanksi tegas untuk mahasiswa yang terbukti menggunakan jasa joki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: