Paradoks Pencegahan Nuklir di Semenanjung Korea
ILUSTRASI paradoks pencegahan nuklir di Semenanjung Korea.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Korea Utara menggunakan kebijakan ”byungjin” (Kim Jong-un, 2013) yang menekankan pada improvisasi senjata nuklir dan ekonomi secara bersamaan.
Ancaman tersebut dapat menciptakan ketakutan yang luar biasa serta menjaga perdamaian melalui ketakutan akan konsekuensi yang mengerikan (perang nuklir).
Di sisi lain, nuklir mempunyai nilai kebermanfaatan yang sangat tinggi jika diolah secara cermat dan penuh kehati-hatian. Misalnya, daur ulang limbah nuklir, transmutasi, penggunaan dalam bidang kedokteran, penelitian ilmiah tanpa abai terhadap segala risiko kesehatan dan dampak lingkungan yang terjadi.
STABILITAS YANG TIDAK STABIL
Kehadiran senjata nuklir dapat menciptakan stabilitas yang sangat rapuh, khususnya di Semenanjung Korea. Ketegangan sering kali meningkat karena insiden militer dan provokasi dari kedua pihak.
Contohnya, pelaksanaan uji coba nuklir Korea Utara pada 10 September 2019 serta latihan gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan pada 24 Februari 2014.
Hal tersebut merupakan sebuah contoh konkret dari ketidakstabilan itu. Namun, di balik hal tersebut, ancaman perang nuklir telah menjaga kedua pihak melakukan tindakan yang lebih agresif, menciptakan semacam perdamaian yang tegang dan tidak stabil.
KEAMANAN MELALUI ANCAMAN EKSTREM
Keamanan di Semenanjung Korea dicapai melalui ancaman kehancuran secara total. Korea Utara menggunakan strategi pencegahan nuklir dengan menunjukkan kemampuan mereka untuk dapat menyerang balik jika diserang.
Sementara itu, Korea Selatan mengikuti langkah-langkah militer secara diplomatik dan mengikuti kebijakan dari Amerika Serikat, seperti kebijakan ”fire and fury” (Michael Wolff , 2018), sehingga menunjukkan bahwa ancaman ekstrem dapat menjadi sesuatu yang efektif dalam mencegah konflik bersenjata. Meskipun, itu memiliki dampak risiko yang besar.
KETERGANTUNGAN PADA KETIDAKPERCAYAAN PARADOKS LAIN
Perdamaian acap kali dijaga melalui ketidakpercayaan dan kesiapan untuk perang. Di Semenanjung Korea, ketidakpercayaan antara Korea Utara dan Korea Selatan serta para sekutu mereka dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas militer dan intelijen.
Hal-hal seperti latihan militer gabungan, modernisasi persenjataan, dan aktivitas kontraintelijen dapat menunjukkan bagaimana ketidakpercayaan mendorong kedua pihak untuk selalu waspada dan siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan terjelek yang akan mereka hadapi, yang pada gilirannya dapat mencegah eskalasi lebih lanjut.
PERDAMAIAN YANG DIPEROLEH MELALUI KESIAPAN PERANG
Paradoks ini menunjukkan bahwa kesiapan perang bisa menjadi cara untuk mencegah perang. Korea Selatan dengan dukungan dari Amerika Serikat akan terus memperkuat kemampuan militernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: