Dinamika Politik Jawa Timur Jelang Pilkada 2024 (2): Dampak Koalisi KIM Plus, Rawan Bumbung Kosong
Videotron di Surabaya yang menampilkan sosok Eri Cahyadi yang akan maju kembali dalam Pilwali 2024 Surabaya.-Moch Sahirol Layeli-
Pemilu kali ini sedikit berbeda. Dampak dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) di pemilihan presiden (Pilpres) April 2024 lalu sangat besar. Belum lagi di tingkat Pilgub Jatim, KIM memutuskan mengusung petahana: Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak.
---
Alhasil beberapa partai yang memiliki kursi di DPRD Jatim pikir-pikir untuk mengusung calon sendiri melawan pasangan incumbent. Hampir semua partai di parlemen mengusung pasangan ini. Hanya tersisa dua partai yang masih belum menentukan arah politiknya: ikut mengusung petahana atau membuat poros baru. Membuat poros baru bukan hal mudah.
Berbekal rekom partai yang sudah dikantongi saat ini, pasangan Khofifah-Emil sudah mengantongi 62 kursi di DPRD Jatim. Angka itu disumbang oleh KIM plus: Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PSI. Satu partai yang rencananya akan menyusul adalah NasDem dengan 10 kursi.
Sehingga, ketika partai besutan Surya Paloh itu ikut mengusung Khofifah-Emil, total sebanyak 72 kursi di parlemen. Sementara satu partai di luar parlemen adalah Partai Perindo. Dua partai yang masih belum menentukan pilihan yakni PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
BACA JUGA:Dinamika Politik Jawa Timur Jelang Pilkada 2024 (1): Tren Calon Petahana Mendominasi Bursa
BACA JUGA:Golkar Sudah Terbitkan 18 Surat Rekomendasi untuk Pilkada Jatim, Surabaya dan Sidoarjo Masih Proses
Pakar Komunikasi Politik Universitas Brawijaya Verdy Firmantoro mengatakan, dinamika politik kali ini sangat cair. Formasi begitu banyak berubah. Utamanya di level pusat. Pertemuan Ketua Umum (Ketum) Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar juga punya pengaruh besar.
Pertemuan itu menurutnya, menggambarkan bahwa KIM berusaha menggunakan politik merangkul partai di luar koalisi. Sehingga, potensi kotak kosong (bumbung kosong) ini sebenarnya tidak hanya terjadi di tingkat pemilihan gubernur. Tetapi, bisa juga terjadi di pemilihan kepala daerah di 38 kabupaten/kota di Jatim.
“Kalau konfigurasi nasionalnya, pertemuan Cak Imin dan Prabowo itu ada deal-deal-an politik di balik pertemuan itu, akan ada konsolidasi internal KIM terhadap calon-calon kepala daerah atau gubernur yang diusung KIM. Untuk memuluskan jalan mereka,” kata Verdy, Senin, 12 Agustus 2024.
Lobi kantor KPU Jatim di Jalan Raya Tenggilis Surabaya Jawa Timur, Selasa, 7 Mei 2024.-Moch Sahirol Layeli-
Ia memprediksi, kondisinya nanti akan imbang antara pasangan Khofifah-Emil akan melawan kotak kosong atau melawan kompetitor dari koalisi PDI Perjuangan dan PKB. Hanya saja, ketika ia melihat pola yang terjadi, potensi kotak kosong lebih besar ketimbang munculnya lawan Khofifah-Emil.
“Saat ini hanya PKB yang bisa mengusung calon sendiri di Pilgub Jatim. Mereka punya 27 kursi. Sementara PDI Perjuangan hanya 21 kursi. Artinya masih kurang 3 kursi untuk mengusung. Kalau nanti tiba-tiba PKB mengusung Khofifah-Emil, bisa dipastikan akan terjadi pasangan itu akan melawan kotak kosong,” ucapnya.
Partai-partai yang tersisa yang kali ini belum memberikan keputusan politiknya, akan mempertimbangkan rasionalitas politik. “Daripada membuat poros baru dengan mengusung calon yang pasti kalah, lebih baik mendukung calon yang pasti pasti menang. Apalagi, saat ini lawannya incumbent,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: