Seberapa Bahaya Yuan terhadap Dolar AS?

Seberapa Bahaya Yuan terhadap Dolar AS?

ILUSTRASI seberapa bahaya Yuan terhadap dolar AS?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DAMPAK TERHADAP EKSPOR TIONGKOK 

Dampaknya akan lebih parah jika dibandingkan dengan tahun 2008. Menstabilkan perekonomian dunia akan lebih sulit lantaran ketidakmampuan kedua negara tersebut untuk bekerja sama dengan harmonis. Dengan demikian, potensi kerusakan yang lebih luas akan membuat Tiongkok makin ragu.

BACA JUGA: Mongga, Customizer Die Cast Spesialis Off Road: Hobi yang Menjelma jadi Aliran Dolar

Tiongkok menggunakan mata uangnya sendiri untuk perdagangan bilateral dengan negara lain hanyalah soal pragmatisme demi kepentingannya sendiri terhadap negara-negara yang terlibat. Itu semacam transaksi barter modern lantaran penggunaan dolar akan menghambat hubungan dagang antara Tiongkok dan mitra dagangnya. 

Tiongkok tidak ingin mengganti dolar dengan yuan karena peralihan dari dolar ke yuan atau mata uang lainnya akan sia-sia. Mari kita ambil skenario terburuk, jika beralih dari dolar ke mata uang lain. Pemicu jatuhnya dolar bisa jadi adalah perubahan sentimen pasar secara tiba-tiba. 

Banyak investor yang memutuskan bahwa memegang dolar adalah sebuah proposisi yang merugi. Satu hal yang kita ketahui tentang investor adalah mereka tidak bisa meramal secara pasti. Pasar bisa ambruk, maka semua investor bisa lari dan mata uang bisa menjadi mangsa kepanikan investor.

Penurunan tajam dolar dalam waktu singkat, misalnya, penurunan 50 persen seperti yang dialami won Korea setelah kegagalan Lehman Brothers akan membuat beberapa investor lengah. Siapa pun yang masih memegang dolar akan menderita kerugian besar. 

Kemungkinan akan terjadi gelombang gagal bayar yang berjenjang. Solvabilitas investor institusional dan stabilitas sistem keuangan global dapat terancam. Bahkan, jika risiko itu bisa diatasi, masih ada dampak buruk lainnya, yaitu mata uang lain yang menjadi tujuan investor akan terapresiasi dengan tajam.

Masalah daya saing Eropa akan makin buruk. Meningkatnya pengangguran, yang disebabkan depresiasi dolar, dapat memicu reaksi proteksionis. Setelah kejadian itu, orang asing akan berpikir dua kali untuk menggunakan dolar yang tidak stabil. 

Eksportir akan beralih ke mata uang lain untuk membuat faktur dan menyelesaikan perdagangan mereka. Pemegang obligasi akan menghindari klaim dalam mata uang dolar. Itu akan menjadi titik kritis di mana dolar kehilangan status mata uang internasionalnya. Hak istimewa Amerika Serikat yang selangit tidak akan ada lagi.

Hanya ada satu hal yang salah dengan skenario itu, diasumsikan bahwa The Fed tidak akan melakukan intervensi untuk mendukung dolar. Dalam keadaan normal, The Fed tidak melakukan intervensi di pasar valuta asing. Sebaliknya, mereka menargetkan stabilitas harga dan pertumbuhan lapangan kerja untuk menjamin daya beli masyarakat AS tetap survive. (*)


*) Wasiaturrahma adalah guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: