Penuhi Target Zero Waste, Multi Bintang Indonesia Gandeng Wehasta Bikin TPS3R Lagi

Penuhi Target Zero Waste, Multi Bintang Indonesia Gandeng Wehasta Bikin TPS3R Lagi

Semangat emak-emak dari binaan Komunitas Wehasta tengah memilah sampah sebelum digunakan untuk membuat kompos organik di TPS3R Sampang Agung pada Jumat, 30 Agustus 2024, Pacet, Mojokerto-Navara Darisya Salma: Harian Disway-

BACA JUGA:Daya Beli Masyarakat Melemah, Kemenperin Sebut Masyarakat Semakin Mantab (Makan Tabungan)

"Sejauh ini, kami sudah menjangkau 3.125 anggota masyarakat dan telah memberikan informasi seputar pengelolaan sampah, pembuatan kompos, pembibitan, dan pertanian organik," ucap lelaki yang karib disapa Cak Toko itu.

Hingga Agustus 2024, Cak Toko telah membantu pengelolaan 2 TPS3R serta 316 unit bank sampah.

Dari jumlah banks sampah yang ada, Wehasta dibantu dengan Karang Taruna Aksara telah menerima 14.615 nasabah yang memberikan sampah domestiknya.

Total nasabah Wehasta tersebut telah memberikan dampak ekonomi sebasar Rp 56.940.415 sejak tahun 2023 hingga Q1 2024.

BACA JUGA:Volkswagen Indonesia Hadirkan The All-Electric ID. Buzz di GIIAS Surabaya 2024

Sebelumnya, Cak Toko dan Wahyu telah memperlihatkan cara komunitasnya mengelola sampah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Mulai dari proses pengambilan dan distribusi sampah yang dari titik-titik pengumpulan hingga proses pemilahan.

"Dari warga sendiri yang melakukan pemilahan antara sampah organik dengan sampah anorganik. Kalau tidak dipilah akan dikenakan biaya lebih tinggi dari warga lain yang sudah bisa membedakan sampahnya," jelas Wahyu.

Biasanya, ongkos sekali angkut Rp 20 ribu. Bila tidak dipilah, misalnya sampah makanan bercampur dengan pampers, pembalut, maka dikenakan biaya tambahan. Bisa sampai dua kali lipat.

BACA JUGA:GIIAS Surabaya 2024, Citroen Pamerkan Produk Baru dan Ingin Mulai Produksi Lokal di Indonesia

Wahyu juga menjelaskan bahwa komunitas binaannya telah berusaha memaksimalkan prosedur pemilahan sampah sejak dari pengambilan, pendistrubusian di mobil angkut, hingga sampai ke Bank Sampah Induk hingga ke TPS3R.

"Kami sendirikan kantongnya. Jadi misal ada bak yang warna biru itu kan sekitar 150 liter. Kami belah jadi dua, jadi ada 75 liter untuk tiap sampah organik dan sampah anorganik di mobil angkut saat pemilahan di tempat. Jadi tidak perlu khawatir kalau sampahnya dicampur lagi," kata Wahyu.

Setelah Wahyu, Cak Toko menjelaskan proses pembuatan kompos dari sampah domestik warga yang masuk ke Bank Sampah sampai ke TPS3R Sampang.

Kompos organik tersebut terbuat dari sampah organik yang digiling menjadi partikel yang lebih kecil, sluge, arang sekam dari Biomass Pabrik MBI, dolumit, Garam, dan remen sebagai elemen penting.

BACA JUGA:Gandeng Apkrindo, Cleo Dukung Air Murni Dalam Kemasan Bebas BPA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: liputan lapangan