Tupperware Terancam Pailit Karena Utang Menumpuk

Tupperware Terancam Pailit Karena Utang Menumpuk

Produk wadah merek Tupperware yang terancam tutup karena terlilit utang dan penurunan penjualan. -Martinus Ikrar Raditya-

HARIAN DISWAY - Kabar buruk buat emak-emak Indonesia. Brand kesayangan mereka, Tupperware dikabarkan dalam waktu dekat akan bersiap mengajukan kebangkrutan. Paling cepat itu terjadi dalam minggu ini. Rencana itu dilakukan karena gagalnya perusahaan meningkatkan permintaan yang setiap tahun terus mengalami pelemahan. 

Ditambah, utang perusahaan yang bengkak. Karena itu, perusahaan yang didirikan Earl Silas Tupper ini berencana minta perlindungan dari pengadilan. Setelah tidak mampu memenuhi ketentuan utang. Tupperware juga meminta bantuan dari penasihat hukum dan keuangan.

Informasi niatan perusahaan yang ingin mengajukan kepailitan, saham Tupperware di pasar saham juga anjlok lebih 50 persen pada perdagangan pukul 03.53 waktu New York. Per Kamis, 13 April 2024, harga saham Tupperware berada di USD 1,56 per lembar saham.

Sejatinya harga saham memang sedang dalam tren menurun (downtrend) usai sempat menembus harga tertinggi di USD 96 per saham pada 23 Desember 2013. Kapitalisasi pasar (market cap) Tupperware pun saat ini hanya USD 58,71 juta, jauh di bawah total utang perusahaan yang lebih dari USD 700 juta atau sekitar Rp 12 triliun.

BACA JUGA:7 Bisnis Online Modal Hp yang Bisa Dijalankan dari Rumah, Cocok untuk Ibu Rumah Tangga


Produk wadah merek Tupperware yang terancam tutup karena terlilit utang dan penurunan penjualan. -Martinus Ikrar Raditya-

Persiapan kepailitan ini menyusul upaya negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dengan para pemberi pinjaman. Para kreditur sepakat pada tahun ini untuk memberikan sedikit ruang bernapas atas persyaratan pinjaman yang dilanggar. Sayangnya, kondisi Tupperware terus memburuk. 

Selain memiliki utang yang sangat besar, perusahaan yang berdiri sejak 1938 ini juga kesulitan memenuhi kebutuhan dengan adanya lonjakan biaya bahan baku penting seperti resin plastik, serta tenaga kerja, setelah pandemi Covid-19. Padahal saat pandemi covid-19 melanda, Tupperware sempat berjaya. 

Karena, orang lebih banyak memasak di rumah. Serta banyak juga yang beralih ke wadah plastik kedap udara untuk menyimpan makanan. Pasca pandemi itu berakhir, penjualan Tupperware mulai turun. Kalah saing dengan brand lain yang juga menyediakan produk yang sama dengan Tupperware. 

Pada Agustus 2024, Tupperware telah menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya untuk keempat kalinya sejak November 2022 dan mengatakan bahwa mereka menghadapi krisis likuiditas.

Perusahaan ini mencatatkan perkiraan aset senilai USD 500 juta hingga USD 1 miliar. Perkiraan kewajiban sebesar USD 1 miliar-USD 10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kebangkrutan AS untuk Distrik Delaware. Sebelumnya di Juni 2024, perusahaan juga membuat rencana untuk menutup satu-satunya pabriknya di AS dan memberhentikan hampir 150 karyawan. 

Tahun lalu, perusahaan tersebut mengganti Kepala Eksekutif Miguel Fernandez dan beberapa anggota dewan sebagai bagian dari upaya untuk membalikkan keadaan bisnis, dengan menunjuk Laurie Ann Goldman sebagai CEO baru.

Dalam pengungkapan terbaru kepada regulator bursa AS, Securities and Exchange Commission atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, manajemen Tupperware menyampaikan perusahaan belum mampu melaporkan kinerja keuangan kuartalan terbaru pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan. 

Tupperware juga mengaku tidak akan mampu untuk menyelesaikan dan mengajukan laporan tahunan 2023. Tupperware terakhir kali menyetor kinerja keuangannya pada kuartal ketiga tahun lalu atau untuk periode keuangan hingga akhir September 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: