Tupperware Idola Ibu-Ibu Indonesia Terancam Bangkrut, Bagaimana Bisa Terjadi?

Tupperware Idola Ibu-Ibu Indonesia Terancam Bangkrut, Bagaimana Bisa Terjadi?

Tupperware terancam bangkrut, ini penyebabnya. --John Greim/Getty Images

HARIAN DISWAY - Kabar tak bagus tentang Tupperware. Sebuah brand kotak makanan ternama yang selama ini menjadi favorit para ibu di Indonesia tengah mengalami penurunan penjualan secara berkala. Bahkan akan terancam bangkrut.

Kabar bangkrutnya Tupperware mengejutkan banyak pihak. Terutama karena perusahaan ini memiliki sejarah panjang sebagai produsen wadah penyimpanan makanan yang ikonik. Namun, Tupperware juga tak luput dari dampak pandemi Covid-19.

Brand yang dikenal luas dengan produk-produk kontainer makanan kedap udara itu terimbas pandemi yang memukul keras hampir di berbagai sektor ekonomi, termasuk industri rumah tangga yang berhubungan dengan produk Tupperware.

BACA JUGA: Jokowi Berharap Indonesia Bisa Jadi Barometer Perbankan Syariah Dunia

Akhirnya Tupperware harus menghadapi tantangan besar. Sebenarnya selama pandemi, sempat terjadi lonjakan permintaan terhadap produk ini. Sebab pembatasan sosial yang memaksa banyak orang memasak di rumah.

Tak heran jika produk Tupperware, seperti wadah plastik berwarna-warni, sangat dicari. Namun, kondisi tersebut hanya berlangsung sementara. Setelah pandemi mereda, Tupperware menghadapi masalah besar, seperti lonjakan biaya bahan baku.

Khususnya resin plastik yang menjadi bahan baku utama. Juga adanya peningkatan biaya tenaga kerja dan transportasi. Tantangan ini memperburuk margin keuntungan perusahaan. Hingga tibalah keputusan pada September 2024 ini.

BACA JUGA: Bank Indonesia Bali Ngeraos Sareng Media, Dahlan Iskan Ajak Wartawan Becermin

Tupperware resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan di bawah Bab 11 ke pengadilan Amerika Serikat. Dalam pengajuan tersebut, Tupperware mencatatkan perkiraan aset sebesar USD 500 juta hingga USD 1 miliar.

Tupperware terancam bangkrut, kotak makanan yang sempat jadi favorit ibu-ibu Indonesia. --Tupperware

Sementara kewajibannya berkisar antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Kondisi keuangan yang kian memburuk serta beban utang yang besar memaksa perusahaan ini menyerah setelah mengalami penurunan penjualan.

Itu terjadi selama beberapa kuartal berturut-turut. CEO Tupperware, Laurie Goldman, mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan mengalami kesulitan besar akibat kondisi makroekonomi yang menantang.

BACA JUGA: Pemerintah Akan Sediakan BBM Subsidi Rendah Sulfur, Kurangi Polusi Udara, Harga Tidak Naik 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reuters