Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (1): Politik: Arisan dan Takdir

Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (1): Politik: Arisan dan Takdir

ILUSTRASI Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (1): Politik: Arisan dan Takdir. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dalam doktrin agama ditegaskan bahwa Tuhan yang memiliki otoritas atas kekuasaan yang diamanahkan kepada hamba-Nya seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 26 sebagai berikut ini:

Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi'ul-mulka mim man tasyā`u wa tu'izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`, biyadikal-khaīr, innaka 'alā kulli syai`ing qadīr”. 

”Katakanlah (Nabi Muhammad), ’Wahai Allah, pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu’.” 

Dalam tafsir ayat itu dijelaskan, tidak ada seorang pun yang mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya. Pun, tidak ada seorang pun yang mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. 

Ayat tersebut menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia. Maka, dalam konteks kontestasi politik, siapa pun yang dikehendaki atas kekuasaan diyakini itu adalah takdir Tuhan.

Ada hal penting yang perlu dipahami dan disadari bahwa ada kalanya apa yang diusahakan oleh manusia (ikhtiar) tidak berbanding lurus dengan hasil alias gagal atau tidak tercapai apa yang diharapkan. 

Sebaliknya, ada yang diusahakan oleh manusia (ikhtiar) berbanding lurus dengan hasil alias berhasil atau terwujud apa yang diharapkan. Oleh sebab itu, ada ungkapan bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. 

Sebenarnya ungkapan tersebut juga tidak tepat karena proses dan manusia bukan penentu segalanya. Di atas segalanya ada Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Itulah yang disebut takdir Tuhan, yang tidak selalu didasarkan pada parameter manusia.

Dalam konteks pilpres atau pemilihan-pemilihan pemimpin lainnya, sebuah perencanaan dan proses yang matang menurut parameter manusia atau sebaliknya kalau Tuhan belum menakdirkan seseorang menjadi pemimpin, tidak akan pernah terjadi. 

Dan, takdir atas seseorang itu baru diketahui setelah peristiwa (pilpres) terjadi. Sebelum pilpres terjadi, tidak ada yang mengetahui takdir secara pasti siapa yang akan menjadi presiden dan wakil presiden RI dalam Pemilu 2024. 

Dalam konteks ini, jauh sebelum pilpres, tidak ada yang mengetahui bahwa yang akan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024 adalah Prabowo-Gibran. 

Kalau ada pengamat dan lembaga survei yang membuat suatu kajian atau survei, itu hanya pada level ilmunya manusia. Bisa salah dan bisa juga benar. 

Akan tetapi, semuanya terikat oleh keterbatasan manusia. Oleh karena itu, yang bijaksana adalah apa yang diikhtiarkan manusia setelah berusaha secara maksimal diserahkan sepenuhnya kepada Zat Yang Maha Kuasa. 

Tujuannya, hati dan pikiran menjadi lebih tenang apabila mendapatkan sesuatu, baik sesuatu itu sesuai dengan harapannya maupun yang tidak sesuai dengan harapannya. Sebab, Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk makhluknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: