Trans Jatim, Meretas Kemacetan, Memperkokoh Koneksitas Rantai Pasok

Trans Jatim, Meretas Kemacetan, Memperkokoh Koneksitas Rantai Pasok

ILUSTRASI Trans Jatim, meretas kemacetan, memperkokoh koneksitas rantai pasok.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tingginya kontribusi terlihat dari produk domestik regional bruto (PDRB) nonmigas Jawa Timur yang mencapai 6,13 persen lebih tinggi daripada provinsi lainnya di Pulau Jawa. Berdasar lapangan usaha (LU) Utama, tiga LU berkontribusi hingga 60,88 persen dari total PDRB serta mampu menyerap hingga 66,29 persen dari total tenaga kerja (Laporan Berkala Bank Indonesia, 2023). 

Dengan luas wilayah daratan sebesar 88,70 persen atau 42.541 km2, sementara Kepulauan Madura memiliki luas 11,30 persen atau sebesar 5.422 km2, dan berpopulasi berjumlah kurang lebih 41 juta jiwa Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan 9 kota, menahbiskannya sebagai provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia. 

Ditopang dengan pertumbuhan ekonomi pada kisaran rata-rata 4,6 persen hingga 5,4 persen (yoy) atau tumbuh lebih tinggi dari tahun ke tahun (3,57 persen, yoy). Sementara itu, inflasi Jawa Timur yang berada di atas batas atas sasaran inflasi nasional 3 persen±1 persen diperkirakan turun di kisaran 6,1 persen –6,5 persen (yoy) 2022/2023. 

Dengan begitu, kehadiran koneksitas multimoda transportasi– sebagai bagian dari jaringan rantai pasok yang terintegrasi yang menghubungkan seluruh wilayah aglomerasi dengan subaglomerasi– sangat diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi provinsi yang dinamis ini. 

Koneksitas multimoda transportasi di wilayah Jatim perlu diperkuat. Dengan fasilitas infrastruktur yang mampu menunjang kelancaran pergerakan logistik arus barang dari sentra-sentra industri. Kehadiran tol Trans Jawa juga memberikan dampak positif bagi perekonomian antardaerah. 

Keberadaan tol berdampak terhadap output, pendapatan, dan nilai tambah bruto di semua sektor lapangan usaha di enam provinsi Pulau Jawa. Pembangunan tol Trans Jawa memberikan harapan baru pada efisiensi mobilitas di Pulau Jawa. Sekaligus mengubah pola koneksitas arus mobilisasi barang dan manusia antar kawasan. 

Bahkan, arus pergerakan barang jalur darat via tol dapat menghemat ongkos logistik secara signifikan jika dibandingkan melalui jalur non-tol, yang pada gilirannya penghematan tersebut membuat harga barang menjadi murah. (*)


*) Sukarijanto adalah pemerhati kebijakan publlik dan peneliti di Institute of Global Research for Economics, Entrepreneurship & Leadership dan Kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: