Buron Predator Seks Anak
ILUSTRASI buron predator seks anak. Yandi Supriyadi ditetapkan sebagai buron oleh polisi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Pelecehan Seks di Apartemen Direkam CCTV
Nah, Yandi yang kini masih berkeliaran di masyarakat sangat berbahaya. Memang, foto wajahnya sudah disebar media massa sebagai buron. Namun, mayoritas masyarakat tidak membaca media massa. Jadi tidak tahu.
Para tersangka menyimpang dua kali. Penyimpangan kuadrat. Sebagai homoseksual dan homoseksual yang menyukai anak laki-laki. Mengapa pria bisa jadi begitu?
Dikutip dari The New York Times, 29 September 2019, berjudul Preying on Children: The Emerging Psychology of Pedophiles, diungkapkan, perilaku pedofilia (orang dewasa suka berhubungan seks dengan anak-anak) sudah lama ada. Tapi, pengidap pedofilia belum tentu predator seks anak. Meskipun, hasrat seks mereka tersalur ke anak-anak dengan aneka cara, misalnya, melalui perkawinan.
BACA JUGA:Kasus Seks Ambyar Bertaburan
BACA JUGA:Kasihan, Korban Pelecehan Seks
Sedangkan predator anak adalah pemerkosa anak. Pedofil yang pemerkosa. Umumnya dilakukan pria terhadap anak perempuan, belakangan juga terhadap anak laki-laki.
Gambar-gambar pelecehan seksual anak telah mencapai titik kritis di internet. Menyebar dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian karena platform teknologi dan lembaga penegak hukum gagal mengimbangi masalah tersebut.
Namun, kurang dipahami tentang masalah yang mendasarinya: Apa yang mendorong orang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak? Kurang dipahami ilmuwan psikologi dan kriminologi.
Sains dalam beberapa tahun terakhir mulai memberikan beberapa jawaban melalui riset. Satu hal yang sama-sama dimiliki sebagian besar pedofil: Mereka menemukan, biasanya saat remaja, bahwa preferensi seksual mereka belum matang seperti orang lain.
Sebagian besar terpaku pada anak laki-laki atau perempuan seusia yang kali pertama menarik perhatian mereka di awal masa pubertas, meskipun beberapa tetap tertarik pada anak-anak yang jauh lebih muda.
Fred Berlin, direktur Klinik Seks dan Gender Johns Hopkins, AS, mengatakan, ”Orang tidak memilih apa yang membangkitkan gairah mereka, tetapi mereka menemukannya. Sebab, tidak seorang pun tumbuh dengan keinginan menjadi pedofil.”
Selama satu generasi terakhir, para psikolog, spesialis forensik, dan ilmuwan lainnya mempelajari pedofilia: suatu gangguan yang ditandai dengan ”fantasi, dorongan, atau perilaku yang berulang, dan intens yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja,” menurut buku petunjuk diagnostik psikiatri.
Para ahli itu telah mewawancarai pasien secara mendalam, menyusun riwayat hidup, dan melakukan berbagai tindakan psikologis dan anatomi.
Kendati, tidak ada penelitian yang memberikan gambaran lengkap, sebuah potret muncul, bahwa potret yang membantu menjelaskan dinamika mental di balik lonjakan gambar pelecehan dan kebejatan yang makin dalam yang digambarkannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: