Pendidikan Vokasi dalam Bingkai Semangat Sumpah Pemuda

Pendidikan Vokasi dalam Bingkai Semangat Sumpah Pemuda

Logo Sumpah Pemuda--Istimewa

Amelia & Setyonaluri (2020) menyatakan bahwa dalam temuan terakhir, pendidikan tinggi vokasi terbukti dapat meningkatkan probabilitas untuk bekerja sebagai ”kerah putih”. 

Temuan penelitian ilmiah tersebut menunjukkan bahwa pendidikan vokasi dalam jangka panjang dapat melahirkan sumber daya manusia kompeten dengan keahlian yang spesifik. 

REPRESENTASI BELA NEGARA MELALUI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI

Sama halnya dengan persatuan dan semangat juang yang ditunjukkan oleh pemuda yang berirkrar dengan sumpahnya, lulusan vokasi pun diharapkan memiliki semangat juang dan ”bersumpah” untuk membawa nilai profesionalisme, integritas, dan tanggung jawab dalam menjalankan profesi. 

Melalui tindakan tersebut, lulusan pendidikan vokasi dapat menunjukkan bela negara atas profesi yang ditekuni. Hal itu menjadi penting untuk diingat bagi lulusan vokasi karena mereka tidak hanya menjadi pekerja yang terampil, tetapi juga pribadi yang menghargai etika dan nilai kebangsaan. 

Sumpah Pemuda memberikan teladan bahwa sikap patriotisme dan cinta tanah diperlukan untuk menghasilkan karya, inovasi, dan sumbangsih bagi bangsa. 

Suri teladan tersebut dapat diadopsi oleh jebolan pendidikan vokasi agar dapat tumbuh, berkembang, dan beradaptasi sesuai dengan perubahan zaman sehingga dapat lahir sebagai sumber daya manusia yang kompeten dan berdedikasi. 

Sumber daya manusia yang kompeten dan berdedikasi dalam karir adalah wujud dari bela negara dan cinta tanah air karena secara tidak langsung meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. 

Ada tiga cara yang bisa dilakukan pemuda melalui pendidikan vokasi. Pertama, pendidikan vokasi dapat memperbanyak proyek kolaboratif lintas daerah. Hal itu menjadi penting untuk mendorong mahasiswa dari berbagai daerah bekerja sama menumbuhkan semangat persatuan. 

Dalam bingkai semangat Sumpah Pemuda, proyek lintas daerah dapat memperkuat rasa persaudaraan dan meningkatkan toleransi di tengah masyarakat multikulturalisme. Proyek kolaboratif tersebut sudah diterapkan oleh sebagian penyelenggara pendidikan vokasi. 

Salah satunya ialah Fakultas Vokasi Universitas Airlangga. Ada beragam proyek dan agenda kolaborasi dengan mahasiswa dan dosen lintas daerah untuk menelurkan karya dan inovasi. 

Kedua, pembentukan karakter melalui magang dan/atau praktik kerja. Mahasiswa vokasi dapat mempelajari keberagaman dengan magang kerja di instansi pemerintah maupun swasta. 

Mahasiswa dapat mengenal beragam budaya kerja dan kebudayaan daerah melalui interaksi dengan pekerja lintas daerah. Hal itu dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi mahasiswa dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air dan solidaritas lintas budaya. 

Ketiga, aktif melakukan pengabdian kepada masyarakat berbasis budaya dan kearifan lokal. Pendidikan vokasi dapat memperbanyak program pengabdian masyarakat dengan mengangkat kearifan lokal yang ada di wilayah tempat civitas academica mengabdi. 

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga memberikan contoh program pengabdian masyarakat berbasis budaya, yakni memberdayakan mahasiswa jurusan destinasi pariwisata untuk mengembangkan sektor pariwisata yang ada di sebuah daerah yang masih memerlukan sentuhan peran akademisi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: