Tersangka Pemenggal Kepala Janda Ternyata Tukang Jagal Sapi
Ilustrasi pembunuhan-Dok Andrew Tito-
Orang sadis suka menonton penderitaan orang lain. Mereka cenderung menikmati film berdarah, menganggap perkelahian mengasyikkan, dan penyiksaan adalah suatu hal menarik.
Orang seperti itu jarang ada di bumi ini. Tetapi, tidak terlalu langka. Sekitar 6 persen mahasiswa program S-1 di tempat Prof Jones mengajar mengaku mendapatkan kesenangan dari menyakiti orang lain. Jarang, tapi bukan langka.
Orang sadis sehari-hari suka mengganggu orang lain. Dalam permainan peran daring, mereka cenderung menjadi ”penghancur” yang merusak permainan bagi orang lain. Orang sadis sehari-hari tertarik pada permainan komputer yang penuh kekerasan. Makin sering mereka bermain, makin sadis mereka jadinya.
Psikopat lain lagi. Mereka bukan orang sadis. Psikopat tidak menyakiti orang yang tidak berbahaya hanya untuk mendapatkan kesenangan (meskipun kadang juga begitu). Psikopat menginginkan sesuatu. Punya motif. Psikopat menyakiti orang lain demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Psikopat bertindak begitu karena tidak merasa kasihan, menyesal, atau takut. Mereka agresor tanpa ragu. Mereka juga dapat memahami apa yang dirasakan orang yang disakiti. Namun, mereka tidak tertular perasaan tersebut alias tidak peduli.
Ini adalah serangkaian karakter yang sangat berbahaya. Selama ribuan tahun, manusia telah berevolusi, menjinakkan diri sendiri. Sehingga membuat banyak dari kita sulit untuk menyakiti orang lain. Mayoritas orang yang menyakiti, menyiksa, atau membunuh orang akan dihantui pengalaman tersebut.
Namun, psikopati merupakan prediktor kuat seseorang yang melakukan kekerasan tanpa alasan.
Kita perlu tahu, apakah kita bertemu dengan seorang psikopat? Apa tanda-tandanya? Kita dapat menebak hanya dengan melihat wajah seseorang atau berinteraksi sebentar dengannya. Misalnya, berpakaian kumuh. Atau, bicaranya ngelantur.
Sayang, psikopat juga tahu bahwa kita mengetahui hal itu. Mereka melawan dengan berusaha keras memperbaiki pakaian dan dandanan mereka. Juga, mereka berusaha membuat kesan pertama yang baik terhadap orang lain.
Apakah Fauzan masuk golongan sadis atau psikopat? Jawabnya, cuma polisi penyidik yang tahu. Karena polisi tidak menyebut gangguan jiwa, berarti tersangka masuk kategori sadis atau kejam.
Jika teori Prof Jones dikaitkan dengan teori femisida (bahwa pembunuhan sadis terhadap perempuan dan anak perempuan umumnya dilakukan orang terdekat, suami atau pacar), itu cocok dengan kasus pemenggalan dengan tersangka Fauzan tersebut. Sebab, polisi mengatakan bahwa Fauzan adalah teman dekat korban Sinta. Teman dekat bisa berarti pacar.
Kebencian seseorang terkait asmara bisa menimbulkan kekejaman yang luar biasa. Fauzan diduga memenggal kepala Sinta dengan golok jagal, suatu kekejaman yang sulit dinalar. Orang biasa atau orang kebanyakan, kata Prof Jones, tidak bakal sanggup melakukan itu.
Dikutip dari Cbsnews, 29 Januari 2023, berjudul Man Who Beheaded Classmate Gets Life in Prison, diberitakan kejadian serupa di kampus Virginia Tech, Blacksburg, Negara Bagian Virginia, AS. Januari 2009.
Mahasiswa doktoral Zhu Haiyang, 25, asal Ningbo, Tiongkok, kuliah di sana sejak Agustus 2008. Ia menempuh pendidikan doktor di bidang pertanian dan ekonomi terapan. Beberapa bulan kemudian, 8 Januari 2009, datanglah mahasiswi Yang Xin, 22, dari Beijing, Tiongkok, ke kampus itu untuk mengambil gelar master bidang akuntansi.
Mereka berkenalan. Zhu jatuh cinta kepada Yang pada pandangan pertama. Sebaliknya, Yang kurang menanggapi. Bukan dia berpura-pura, melainkan Yang sudah punya tunangan di Beijing. Namun, Zhu terus ngintil ke mana pun Yang pergi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: