Sejarah di Balik Hari Pahlawan 10 November

Sejarah di Balik Hari Pahlawan 10 November

Sejarah di balik Hari Pahlawan 10 November. --Wikipedia

HARIAN DISWAY - Setiap 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan ini bertujuan untuk menghormati perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Hari Pahlawan menjadi momen bagi bangsa Indonesia untuk merenungkan kembali nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan cinta tanah air yang diwariskan oleh para pahlawan. Bagaimana asal mula peringatan Hari Pahlawan? Berikut penjelasannya.

Sejarah Hari Pahlawan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, berbagai konflik dengan tentara sekutu yang berusaha kembali mengambil alih kekuasaan terjadi di beberapa daerah.

BACA JUGA: Tema dan Filosofi Logo Hari Pahlawan 10 November 2024

Surabaya menjadi salah satu kota dengan perlawanan terbesar, terutama setelah insiden tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, pemimpin pasukan Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945.

Insiden ini memicu kemarahan pihak Inggris yang kemudian mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945, dipimpin Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh. Dalam ultimatum tersebut, seluruh rakyat Surabaya diminta menyerahkan senjata.

Juga diminta menghentikan perlawanan terhadap tentara sekutu AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yang datang untuk mengamankan administrasi pemerintahan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

BACA JUGA: Hari Uang Nasional 30 Oktober: Sejarah, Tema, Logo dan Cara Memperingatinya

Ultimatum Inggris ini tidak dihiraukan oleh rakyat Surabaya. Sebaliknya, semangat perlawanan semakin berkobar, terutama setelah Bung Tomo, salah seorang tokoh pemuda saat itu.

Ia memberikan pidato berapi-api yang membakar semangat arek-arek Surabaya untuk terus berjuang. Pada pagi hari 10 November, pertempuran besar pun meletus di seluruh penjuru kota.

Pertempuran ini berlangsung hingga tiga minggu, mengakibatkan sekitar 20 ribu rakyat Surabaya, yang sebagian besar adalah warga sipil, menjadi korban. Selain itu, diperkirakan 150 ribu orang harus mengungsi meninggalkan kota.

BACA JUGA: Refleksi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024: Pemuda dan Nasionalisme Organik

Pihak Inggris kehilangan sekitar 1.600 tentara yang tewas, hilang, dan terluka. Puluhan peralatan militer Inggris pun rusak atau hancur. Banyaknya korban dan besarnya skala kehancuran membuat Surabaya dijuluki sebagai "neraka" selama pertempuran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: